IndividualProfileQHSSE

Zulmiar Yanri, Srikandi Pertama Petinggi K3 Indonesia

Setelah diangkat sebagai Direktur PNK3, ia diangkat sebagai Direktur Pengawasan Norma Kesehatan Kerja dan Kepala Pusat Hiperkes (kini Pusat K3) hingga pensiun.

JAKARTA, Improvement – Dunia Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), dulu, seolah identik dengan laki-laki.

Maklum,  K3 lebih banyak berkaitan dengan mesin, konstruksi, listrik, bahan dan cara kerja yang berbahaya. Di lapangan, implementasi K3 pun butuh ketegasan lantaran menyangkut aturan dan kedisiplinan terkait keselamatan dan kesehatan pekerja.

Apalagi, para pekerja di proyek-proyek konstruksi, migas, tambang, dan manufaktur, didominasi kaum Adam. Alhasil, kaum Hawa umumnya kurang berminat di bidang K3, saat itu.

Namun, tidak bagi dr Zulmiar Yanri, Sp(OK), PhD. Wanita kelahiran kota Solok, Sumatera Barat pada 1 Januari 1948 ini, sudah terjun di dunia K3 sejak tahun 1981.

Kisahnya bermula ketika lulus sebagai dokter dari Universitas Andalas tahun 1977, ia ditempatkan di Poliklinik Ditjen Pendidikan Depdikbud. Setelah 4 tahun, rupanya ia merasa bosan dengan rutinitas dan pekerjaan yang dianggapnya monoton.

Berkat seorang sahabat, ia mendapat informasi bahwa Departemen Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Koperasi (kini Kemnaker) saat itu membutuhkan tenaga dokter. Tanpa pikir panjang, ia melamar dan diterima pada 1981.

Mencintai K3

Di sini, ia ditempatkan di Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja (PNK3) yang kala itu dipimpin oleh Achmad SB. “Inilah pertama kalinya saya berkenalan dengan K3 secara menyeluruh,” kata Zulmiar Yanri mengisahkan kembali perkenalannya dengan dunia K3.

Setelah menjalani masa orientasi selama beberapa bulan, ia merasa tertantang. Sebab K3 adalah ilmu multidimensi, yang selama ini tidak pernah didapatkan di bangku kuliah, selain dunia kesehatan.

Sejak itu, ia mencintai dunia K3. “Pergumulan saya dengan dunia K3 semakin intens. Saya semakin menyenangi K3. Darah K3 mulai mengalir deras dalam diri saya dan semakin larut dengan terus menyelaminya,” kisahnya.

Suatu ketika, ia dipanggil Dr Suma’mur Prawira Kusumah, yang saat itu menjabat sebagai Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan. Ia diminta melanjutkan studi jenjang S2 bidang Hiperkes di UI pada 1988 dengan beasiswa dari Depnaker.

Dua tahun kemudian, Zulmiar lulus dengan IPK tertinggi. Dr Suma’mur senang. Setahun kemudian, Zulmiar Yanri kembali diminta melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi.

Pada 1991, pendidikan ke tingkat Doktoral (S3) di School of Public Health, Curtin University of Technology, Perth, Western Australia. Empat tahun kemudian, Zulmiar Yanri menyandang gelar PhD.

Petinggi K3 Wanita Pertama

Kariernya semakin moncer. Tahun 1996, ia diangkat menjadi Kasubdit Pengawasan Kesehatan Kerja.

Dari sini, lima tahun kemudian, Zulmiar Yanri diberi amanah untuk menjabat Direktur PNK3 Kemnaker RI. Ia tercatat sebagai wanita pertama yang menduduki posisi penting di dunia K3 Indonesia. Maklum, saat itu, K3 masih berada di tingkat Direktur dan belum Dirjen.

Inilah momen paling berkesan dan membanggakan dalam hidupnya. “Saya merupakan perempuan pertama yang menduduki posisi Direktur PNK3,” katanya.

Zulmiar Yanri (tengah berkerudung) saat menghadiri Diklat AK3 Umum di Jakarta pada tahun 2001. (Foto: Istimewa)

Setelah dua tahun menjabat, pada 2003 ia diberi amanah sebagai Direktur Pengawasan Norma Kesehatan Kerja.

Saat itu, hasrat untuk menimba ilmu, kembali menggebu. Zulmiar Yanri kembali menempuh pendidikan dokter Spesialis dengan kuliah di Fakultas Kedokteran UI, Tahun 2005 ia lulus dan menyandang gelar dokter Spesialis Okupasi (SpOK).

Dari sini, pada 2005, ia kembali diberi amanah untuk memimpin Pusat Hiperkes (Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja). Ia memimpin lembaga yang kini bernama Pusat K3 itu hingga masa purna bhakti di tahun 2008.

Tiga jabatan penting dalam dunia K3 Indonesia tersebut, sebelumnya dijabat oleh kaum Adam. “Satu pencapaian kerja paling membanggakan dan tidak akan terlupakan dalam hidup saya,” katanya.

Selama 27 tahun mendedikasikan diri bagi K3 Indonesia, telah begitu banyak hal yang dilakukan Zulmiar Yanri demi kemajuan K3 Indonesia. Baik tingkat nasional, regional Asean, maupun internasional.

Di tingkat nasional, ia terlibat dalam pembahasan Rancangan Undang Undang tentang Ketenagakerjaan. Khususnya yang berkaitan dengan perlindungan tenaga kerja, termasuk K3.

Berkat  perjuangannya, K3 untuk pertama kalinya masuk dalam UU Ketenagakerjaan. Hal itu tertuang dalam Pasal 86 dan 87 UU No 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Kedua pasal itu lah yang kemudian menginspirasi lahirnya Permenaker No 5 tahun 1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Dari sini, dikuatkan menjadi PP No 50 tahun 2012 tentang SMK3.

Di tingkat regional, pada 2000 ia didapuk sebagai Direktur Ekesekutif Sekretariat ASEAN OSHNET (Occupational Safety and Health Network). Ia tercatat sebagai Direktur Eksekutif Sekretariat pertama dari jejaring K3 se-Asia Tenggara tersebut. Jabatan itu diembannya selama empat tahun (2000-2004).

Di tingkat Global, Zulmiar banyak terlibat dalam berbagai kegiata ILO dan WHO. Di sini ia acap menyuarakan aspek ketenagakerjaan Indonesia di tingkat dunia.

Anggota DPR RI

Bukan Zulmiar Yanri namanya jika berpangku tangan setelah menjalani masa purna bhakti. Pada 2009 atau di usia 61, ia memasuki pentas politik. Tujuannya satu, menyuarakan aspek K3 lebih lantang di Senayan.

Ia lolos ke Senayan setelah meraih banyak suara di Daerah Pemilihan (Dapil) Sumatera Barat I dengan kendaraan politik Partai Demokrat.

Di parlemen, ia duduk di Komisi IX, yang membidangi Kesehatan dan Ketenagakerjaan.

“Saya tetap menyuarakan aspirasi rakyat di bidang ketenagakerjaan, khususnya kesehatan pekerja. Ilmu K3 tetap saya aplikasikan di Senayan,” katanya penuh bangga.

Di Senayan, ia hanya satu periode, hingga 2014. Sejak itu, ia lebih banyak mengabdikan diri di dunia pendidikan. Pada 2015, misallnya, ia diangkat menjadi Kepala Prodi Magister Kesehatan Masyarakat (MKM) Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Di sini, ia mengembangkan Peminatan K3, yang kemudian menjadi cikal-bakal K3 di Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Pada 2017 atau di usianya ke-69, ia didapuk menjadi Ketua Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) K3 Indonesia.

“K3 telah memberi energi dan kesempatan bagi saya untuk tetap bersemangat melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan K3,” katanya.

Hari ini, Indonesia tengah memeringati Hari Kartini. Pesan Ibu bagi para wanita generasi saat ini dan mendatang?

“Selalu meningkatkan kompetensi diri dan berkiprah dalam bidang yang disukai tanpa melupakan fitrah dan kodrat kewanitaan,” pungkas wanita yang pada 1 Januari 2025 lalu genap berusia 77 tahun ini. (Hasanuddin)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button