IndividualProfile

Suheri: Bau Hangus Mayat Korban Kebakaran Masih Terasa Hingga Seminggu

Rekan kerjanya meninggal saat sama-sama bertugas hendak memadamkan api. Atau seminggu bau hangus mayat korban kebakaran, serasa masih menempel di hidung.

JAKARTA, Improvement – Suheri kini tak lagi muda. Guratan di wajahnya menandakan ia telah begitu banyak menapaki waktu melintasi zaman.

Tahun ini, ia genap berusia 55 tahun. Dan, lebih dari separuh hidupnya ia dedikasikan diri bagi upaya memadamkan api kebakaran dan menyelamatkan nyawa banyak orang. Juga makhluk hidup lainnya.

Pria kelahiran Purworejo, Jawa Tengah tahun 1970 itu telah mengabdi sebagai petugas pemadam kebakaran sejak 1995. Bermula dari pegawai honorer hingga kini menjabat sebagai Kepala Bidang Operasi Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta.

Selama hampir tiga dekade itu, sudah begitu banyak peristiwa yang dialami. “Dibalik setiap kejadian kebakaran, selalu ada kisah tersendiri. Dibalik raungan sirine, ada aneka potensi bahaya yang mengancam keselamatan banyak pihak; korban, kami selaku petugas, satwa, dan lingkungan,” begitu kata pria berperawakan tinggi besar ini ketika ditemui Improvement di ruang kerjanya, Kamis (8/5/2025).

Ia, misalnya, sempat syok ketika rekan kerja yang lebih senior darinya, meninggal dunia saat bertugas hendak memadamkan kebakaran. Rekan kerjanya itu seorang pengemudi, yang meninggal dunia dalam kecelakaan lalu lintas saat hendak menuju lokasi kebakaran.

Saat itu, Suheri masih berstatus pegawai honorer. Sempat ada keraguan dan pergulatan batin; apakah melanjutkan sebagai pemadam kebakaran atau berhenti. Tapi tekadnya sudah bulat. Jiwa menolong sesama yang terpatri dalam dirinya, mengalahkan keraguan sekaligus menyingkirkan rasa ‘ketakutan’ yang sempat hinggap.

Suheri terus melaju, hingga suatu ketika ia resmi mengenakan seragam biru-biru. Apalagi setelah diangkat sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN/PNS).

Evakuasi Korban Galian Tambang

Suatu ketika, saat masih berdinas di Jakarta Timur, ia dan tim mendapat panggilan tugas ke wilayah Bogor. Lima pekerja tambang tak resmi dilaporkan sudah tak bernyawa di galian tambang.

Sudah lima hari. Tak ada yang berani mengevakuasi lantaran di galian tambang lantaran terdapat bahan beracun.

Suheri dan tim berangkat menuju Bogor dengan peralatan lengkap, termasuk breathing apparatus. Tiba di lokasi, Suheri dan tim tak langsung melakukan evakuasi. Ia mempelajari situasi.

Dari keterangan didapat, kelima korban berada di lubang galian dengan kedalaman berbeda-beda. Antara 50 meter hingga beberapa ratus meter. Diameter galian tambang sangat sempit.

Sudah begitu, bercabang-cabang. Bahkan ada galian tambang yang kabarnya mencapai wilayah Sukabumi. Yang memahami kondisi di lokasi kejadian, ya para pekerja di sana.

Suheri (kedua dari kiri) saat foto bersama tim damkar Jakarta Timur. (Foto: Istimewa)

“Kami kemudian memberdayakan warga, terutama pekerja yang memahami situasi galian tambang. Kami bentuk empat tim. Mereka kami latih cara menggunakan breathing apparatus sekaligus cara kerja penyelamatan korban,” kenang Suheri.

Upaya itu membuahkan hasil. Kelima pekerja yang tewas, jasadnya bisa dievakuasi ke permukaan setelah lebih sepekan berada di galian tambang.

Bau Hangus Mayat

Lain waktu, Suheri dan tim bergegas begitu menerima laporan kebakaran dari warga. Si Jago Merah mengamuk di sebuah toko kelontong di kawasan Cipinang, Jakarta Timur.

Suheri dan tim berjibaku memadamkan kobaran api. Tak peduli berapa derajat Celcius suhu kala itu. Tak peduli seluruh bajunya sudah basah karena keringat. Tujuannya hanya satu: kobaran api bisa dilokalisir, dipadamkan, dan didinginkan, lalu menyelamatkan korban.

Saat berjibaku memadamkan api, ia dan tim menerima informasi bahwa ada 4 karyawan toko yang berada di dalam bangunan.

Pintu toko berupa rolling door, terkunci dari luar. Tak ada jalan keluar lain bagi penghuni. Tak ada pergerakan dari dalam bangunan yang terbakar.

Ia dan tim berusaha memasuki bangunan. Tetapi kobaran api yang menyala-nyala, tidak memungkinkannya untuk mendekat. Tim lalu berkoordinasi dengan pihak kepolisian setempat.

Setelah api padam, Suheri menemukan jasad para korban. Kondisinya sudah tidak utuh lagi. Seluruh jasad hangus terbakar.

Saat itu, ia sama sekali belum pernah mengevakuasi jasad korban kebakaran. Bau hangus mayat begitu menyengat hidung. Dalam kondisi lelah, Suheri ikut membantu mengevakuasi jasad para korban.

“Selama satu minggu, bau hangus itu seakan masih menempel di hidung. Sempat tidak selera untuk makan,” katanya.

Belakangan diketahui, kebakaran dipicu oleh ledakan tabung gas. Ledakan tersebut selain memicu terjadinya kobaran api, juga meruntuhkan tumpukan karung beras di toko tersebut. Karung-karung beras tersebut menimpa para korban hingga pingsan, dan kemudian meninggal karena terbakar.

Beberapa tahun kemudian, kerusuhan Mei 1998 meletus. Pusat niaga Yogya Dept Store di kawasan Klender, Jakarta Timur. Pengalaman mengevakuasi jasad korban kebakaran di toko kelontong, menjadi bekal.

Kondisinya jauh lebih mengerikan. Bukan satu, dua atau empat mayat yang harus dievakuasi. Tetapi ratusan jasad. Saat kerusuhan Mei 1998, ia dan teman-temannya mengevakuasi para korban kerusuhan.

Tak cukup mengevakuasi para korban. Tetapi juga membantu melakukan identifikasi dari setiap jasad yang dievakuasi. Itu bukan pekerjaan mudah dan bisa cepat dilakukan.

Makna Hari Pemadam Kebakaran Dunia

Suheri hanyalah satu dari sekitar 21.000 petugas pemadam kebakaran yang saat ini bertugas di seluruh wilayah di Indonesia. Dan, satu dari jutaan petugas pemadam kebakaran di seluruh dunia.

Mereka bekerja dengan mempertaruhkan nyawa. Tak peduli seberapa bahaya yang mereka hadapi di setiap lokasi kebakaran. Pantang Pulang Sebelum Api Padam. Begitu motto pemadam kebakaran Indonesia.

Sudah begitu banyak petugas pemadam kebakaran yang gugur saat bertugas. Lantas, apa makna Hari Pemadam Kebakaran Dunia (International Firefighters Day) bagi Suheri?

Pertama, katanya, menghargai nilai perjuangan seorang petugas pemadam kebakaran di seluruh dunia. Di setiap kejadian kebakaran, mereka selalu dihadapkan pada berbagai risiko bahaya yang setiap saat mengancam keselamatan dan kesehatannya.

Kedua, menghargai jasa-jasa petugas pemadam kebakaran dalam perjuangannya menyelamatkan orang. Dalam perjalanannya, sudah banyak petugas pemadam kebakaran yang gugur saat bertugas.

SUHERI

“Dengan adanya peringatan Hari Pemadam Kebakaran Dunia, diharapkan masyarakat semakin peduli terhadap keselamatan kebakaran,” katanya.

Kepada para petugas pemadam kebakaran generasi penerus, ia mengimbau untuk selalu menjaga kebugaran dan kesehatan. Sebab, katanya, menjadi petugas pemadam kebakaran dibutuhkan kesehatan fisik dan mental yang prima.

Lalu, selalu meningkatkan keahlian atau kompetensi serta perbanyak latihan. Terutama kompetensi di bidang kebakaran, keselamatan, dan penyelamatan. (Hasanuddin)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button