
Sonny Keraf : ‘Good Business is a Good Ethics’
Good governance dibangun di atas prinsip-prinsip etika.
BALI, Improvement – Indonesia sudah amat lama mengalami degradasi etika dalam tata kelola pemerintahan.
Degradasi etika dalam tata kelola pemerintahan melahirkan aneka pratik tak elok dalam bernegara, yang kemudian menyuburkan korupsi.
Etika juga menjadi fondasi bagi tata kelola perusahaan yang baik (good governance). Etika dalam good governance akan melahirkan saling percaya (mutual trust) antara manajemen sebagai agen dan investor/pemegang saham sebagai prinsipal.
“Semua kita paham bahwa good governance dibangun di atas prinsip-prinsip etis seperti: transparansi dan kejujuran, akuntabilitas, partisipasi, penegakan hukum dan kepatuhan atas hukum, dan independensi,” kata Sonny Keraf saat menjadi pemateri dalam acara Indonesia Sustainable Business Forum (ISBF) 2025 yang dihelat di Nusa Dua, Bali, 22-24 Januari 2025.
Menurut mantan Menteri Lingkungan Hidup di era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini, dengan semua aspek good governance itulah akan lahir mutual trust (saling percaya) antara manajemen sebagai agen dan investor/pemegang saham sebagai prinsipal.
“Atas dasar itu pula diyakini bahwa kepentingan semua pemangku kepentingan (profit, khususnya) akan terjamin dengan baik, dan perusahaan akan tumbuh sehat dan berkelanjutan,” kata Sonny.

ISBF 2025 diselenggarakan oleh SustainLife Today, sebuah platform media yang berfokus pada isu keberlanjutan di Indonesia. Mengusung tema “Accelerating ESG Adoption Across Sectors for a Sustainable 2025 Future,” acara ini dirancang untuk mendorong percepatan adopsi prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) di berbagai sektor industri.
Dalam sambutan pembukaannya, Ketua Penyelenggara ISBF 2025 Farhan Syah menekankan pentingnya penerapan ESG sebagai fondasi untuk menciptakan model bisnis yang berkelanjutan di Indonesia.
“Dalam beberapa tahun terakhir, ESG telah menjadi salah satu parameter yang krusial untuk mengukur kinerja bisnis yang berkelanjutan. ISBF 2025 dirancang sebagai platform strategis bagi para pemangku kepentingan untuk berbagi wawasan, mendiskusikan tantangan, serta mendorong percepatan adopsi prinsip ESG, khususnya bagi sektor dunia usaha di Tanah Air,” ujar Farhan Syah.
Pentingnya Etika
Sonny Keraf menambahkan, huruf ‘G’ dalam ESG merupakan aspek yang dianggap mudah. Sebab semua kaum profesional memahami bahwa bisnis yang sehat dan berkelanjutan butuh good governance demi profit.
Mantan anggota DPR RI ini menjelaskan, aspek good governance meliputi beberapa elemen kunci. Antara lain ketersediaan struktur organisasi yang lengkap dan dibangun sesuai visi misi perusahaan.
Lalu, memiliki aturan yang jelas, termasuk tugas, wewenang, dan tanggung jawab setiap jabatan.
Selanjutnya adalah kepatuhan terhadap aturan, dan penertiban atas pelanggaran aturan; pengendalian risiko secara internal, laporan, evaluasi dan pertanggungjawaban ; tindak lanjut dan koreksi atas penyimpangan.
“Di atas semua ini adalah ethics, code of conduct, corporate culture,” Sonny Keraf menegaskan.
“Dengan good ethics, pimpinan perusahaan pada level manapun termasuk CEO akan menghindarkan diri dari konflik kepentingan mengambil untung untuk dirinya dan keluarganya dari segala sepak terjang bisnis perusahaan,” sambungnya.
Persoalannya, kata Sonny, sekarang ini maslah etika sedang dimanipulasi, dilanggar, dan diabaikan. Muncul pertanyaan mendasar; apakah kita butuh etika? Bukankah cukup dengan aturan atau hukum?
“Hukum saja tidak cukup. Penegakan hukum juga butuh etika,” ujarnya.
Ia berharap, dengan penerapan ESG yang baik dan benar, maka terjadi pemerataan kesejahteraan di masyarakat. Keadilan sosial bisa ditegakkan. Bumi beserta segala isinya bisa terpelihara dengan baik demi kehidupan lebih baik di masa mendatang.
“Perusahaan jangan mengeruk keuntungan semata apalagi sampai membabi-buta. Ingat People, Planet, dan Profit (3P), agar terjadi keseimbangan sosial, ekonomi, dan lingkungan,” pungkasnya. (Hasanuddin)