QHSSESustainability

Safety Sudah Dikenal Sejak 2,5 Juta Tahun Lalu

Manusia Prasejarah menciptakan perkakas dari batu sebagai upaya safety. Lalu, tinggal di gua-gua, sebagai upaya berlindung dari panasnya terik matahari, hujan, dinginnya salju, dan ancaman binatang buas.

JAKARTA, Improvement – Siapapun tak menghendaki dirinya celaka, sebab celaka akan melahirkan kesakitan, penderitaan, dan bahkan kehilangan nyawa. Semua berusaha untuk selamat dan terhindar dari segala marabahaya yang dapat membuat dirinya celaka dan hidup dalam penderitaan.

Seekor kelinci yang tengah mencari makanan di lahan terbuka, misalnya, akan segera berlari dan mencari tempat berlindung ketika melihat seekor burung elang terbang di angkasa. Kelinci itu sadar bahwa keselamatan dirinya sedang terancam. Kelinci itu tahu betul bahwa seekor burung elang yang tengah terbang di angkasa merupakan sumber ancaman yang dapat mencelakai dirinya. Maka, kelinci itu pun berusaha untuk terhindar dari bahaya dengan berlari sekencang mungkin ke tempat yang bisa melindungi dirinya dari ancaman bahaya.

Sementara seorang pengendara sepeda motor akan segera menarik tuas rem kendaraannya ketika jalanan di hadapannya tiba-tiba saja tertimbun tanah akibat tebing di pinggir jalan itu longsor. Pengendara motor itu sadar jika ia tidak segera menghentikan kendaraannya, ia akan tertimbun tanah longsor. Pengendara motor itu tahu betul bahwa tanah yang tiba-tiba longsor ke jalanan tersebut merupakan sumber bahaya yang bisa mencelakai dirinya.

Keselamatan (safety) adalah naluri dari setiap mahluk hidup untuk terhindar dari berbagai potensi bahaya yang bisa mengancam keselamatan, keamanan, dan kesehatan. Safety merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan setiap makhluk hidup di muka bumi ini. Safety adalah kebutuhan agar hidup bisa bertahan (survive) dan berkelanjutan.

Bagi manusia, safety tak sekadar naluri. Lewat kecerdasan otak yang dimilikinya, safety kemudian berkembang menjadi sebuah ilmu supaya manusia bisa selamat dari berbagai situasi dan kondisi apapun. Lewat keilmuan, kecelakaan bisa dihindari, diantisipasi, dieliminasi, bahkan diprediksi.

Bagi umat manusia beriman, safety bahkan menjadi tujuan sekaligus harapan kehidupan. Baik selamat hidup di dunia maupun di alam kehidupan setelah dunia (akhirat), sebagaimana doa yang sering diucapkan umat Islam.

Safety Sudah Ada Sejak Zaman Prasejarah

Safety telah ada sepanjang sejarah kehadiran manusia di planet bumi. Safety telah menjadi bagian dari kehidupan manusia sejak zaman Prasejarah hingga manusia yang hidup di alam serba digital seperti sekarang ini.

Di masa Prasejarah, terutama di zaman Batu Tua (Paleolitikum) Awal, safety menjadi naluri untuk bisa bertahan hidup (survive). Di masa ini, masa di mana manusia belum mengenal tempat tinggal dan busana, manusia menciptakan perkakas dari batu dalam bentuknya yang masih sederhana dan kasar.

Perkakas-perkakas batu ini dibuat untuk keperluan berburu dan memotong daging satwa buruannya. Para arkeolog menyebut masa ini sebagai Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Awal, yang diperkirakan memiliki rentang waktu antara 2,5 juta sampai 790.000 tahun lalu. Manusia yang hidup di masa ini disebut sebagai Homo Habillis (dan beberapa spesies kerabatnya).

Para arkeolog menggambarkan manusia di masa ini hidup secara tidak menetap (nomaden) alias selalu berpindah-pindah, menelusuri bahan makanan yang dibutuhkannya. Masa ini berlangsung sangat lama mengingat kehidupan alam liar yang masih sangat ganas dan kemampuan manusia yang amat terbatas dalam menciptakan teknologi seiring belum berkembangnya volume otak manusia.

Kendati demikian, manusia di masa-masa akhir zaman ini sudah mulai mengenakan busana yang terbuat dari kulit-kulit kayu dan kulit binatang hasil buruannya, dalam bentuknya amat sederhana.

Revolusi teknologi dan budaya muncul ketika Homo Erectus hadir di muka bumi sekitar 790.000 tahun lalu. Tak seperti leluhurnya yang masih berjalan membungkuk, Homo Erectus sudah berjalan tegak dengan volume otak yang lebih besar. Di masa yang disebut sebagai Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut (Epipaleolitikum) ini, perkakas batu dibuat lebih bagus dengan bentuk dan fungsi yang mulai beraneka.

Di masa ini, manusia sudah tinggal menetap di gua-gua, sebagai upaya berlindung dari panasnya terik matahari, hujan, dinginnya salju, dan ancaman binatang buas. Pada masa ini lah manusia menemukan api. Selain sebagai alat penerangan di dalam gua, api digunakan untuk menghangatkan badan dan memasak.

Pemanfaatan api makin meluas ketika manusia dari spesies Homo Sapiens hadir sekitar 200.000 tahun lalu. Homo Sapiens memanfaatkan api untuk berbagai keperluan hidup sehari-hari.  Tulang-belulang hewan banyak ditemukan di gua-gua prasejarah bercampur dengan arang-arang (kayu) sisa pembakaran. Dengan dibakar, manusia bisa terhindar dari aneka bakteri yang ada pada daging mentah.

Lukisan gua dari masa Prasejarah

Manusia di zaman ini acap melukiskan hewan buruannya di dinding-dinding gua yang mereka tempati seperti banyak ditemukan di gua-gua prasejarah di Indonesia (Sulawesi, Papua, Kalimantan). Di masa ini manusia mulai mengenal sistem penguburan dan sistem religi, sebagai salah satu upaya meminta perlindungan demi keselamatan.

Safety dalam kehidupan manusia kian berkembang manakala manusia memasuki era yang disebut sebagai Zaman Batu Muda (Neolitikum), sekitar 12.000 tahun lalu. Manusia di masa ini berasal dari spesies Homo Sapiens-sapiens, yang memiliki volume otak seperti manusia modern saat ini.

Perkakas berburu seperti tombak dan kapak sudah didisain sedemikian rupa sehingga efektif namun aman digunakan. Disain tombak dan kapak yang mereka buat umumnya mempunyai bentuk yang lebih besar proporsinya pada mata kapak atau ujung tombak.

Hal ini berfungsi agar penggunaan kapak atau tombak tersebut tidak memerlukan tenaga yang besar karena dengan sedikit ayunan momentum yang dihasilkan cukup besar. Disain yang mengecil pada pegangan dimaksudkan untuk tidak membahayakan bagi pemakai saat mengayunkan kapak tersebut.

Di masa ini manusia mulai hidup menetap dan menerapkan pola bercocok tanam. Hidup menetap dengan cara berkelompok, lebih safety ketimbang hidup di gua-gua dan menandai dimulainya hirarki dalam kehidupan sosial manusia.

Di masa ini pula mulai dibuat peralatan yang terbuat dari tanah liat untuk berbagai keperluan sehari-hari, termasuk memasak. Guna keamanan, manusia mulai memelihara satwa anjing. Ada pula beberapa satwa yang diternakkan seperti kambing, babi, ayam, dan lembu. (berbagai sumber/Hasanuddin)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button