
PROF FATMA: Dedikasi Untuk K3 Indonesia
Lebih seperempat abad hidupnya didedikasikan bagi kemajuan dunia K3 di Indonesia.
JAKARTA, Improvement – Dunia pendidikan K3 Indonesia seakan tak bisa dipisahkan dari Prof. Dra. Fatma Lestari, M.Si., Ph.d.
Wanita yang lahir di Jakarta pada 1968 ini telah mendedikasikan diri selama lebih 27 tahun bagi pendidikan, penelitian, dan pelatihan K3 Tanah Air. Sudah sangat banyak karya di bidang K3 yang dihasilkannya, baik tingkat nasional maupun internasional.
Selepas bangku SMA, ia melanjutkan studi ke Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Indonesia dengan mengambil program studi (prodi) Kimia. Pelajaran yang sudah digemarinya sejak SMA.
Tahun 1993 menyelesaikan pendidikan di Departemen Kimia, FMIPA Universitas Indonesia. Kala itu, ia sempat bekerja di industri oleochemicals sebagai staf research and development.
Tak menunggu lama, Fatma kemudian melanjutkan studi magisternya pada program Pasca Sarjana di Departemen Kimia, FMIPA Universitas Indonesia. Pada 1997, ia menyandang gelar S2.
Di program pascasarjana inilah Fatma diminta mengajar kimia dan biokimia, mata kuliah wajib di FKM UI. Ia juga dipercaya menjadi asisten dosen di Laboratorium Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja.
Gelar S3 atau PhD di bidang Safety Science diraih tahun 2006 dari University of New South Wales (UNSW), Sydney, Australia. Dengan dukungan beasiswa AusAid, disertasi berjudul In vitro methods for fire toxicity of combustion products berhasil diselesaikannya.
Pencapaian akademik tertinggi yang berhasil diraih adalah gelar Guru Besar di bidang Keselamatan yang diperoleh tahun 2014.
Pada 1995, Prof Fatma bergabung dengan Departemen K3 FKM UI sebagai pengajar. Dari 1995 sampai saat ini Prof Fatma terus mengabdi dengan mengajarkan beberapa mata kuliah K3 yang sangat penting dan strategis.
Antara lain Kebakaran dan Ledakan, Bahaya Bahan Kimia, Bencana dan Manajemen Darurat, dan Toksikologi Industri untuk mahasiswa Pasca Sarjana. Pada 2021, bekerjasama dengan University of Hawaii, ia mengampu mata kuliah Joint International Course in Disaster dari mahasiswa pasca sarjana.
“Saya kemudian diberi tanggung jawab mengampu mata kuliah terkait K3. Saat ini saya mengajar 10 mata kuliah, seperti Kebakaran dan Ledakan, Bahaya Bahan Kimia, Bencana dan Manajemen Darurat, dan Toksikologi Industri. Saya mengajar program sarjana, pascasarjana, dan program Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ),” kata Prof Fatma suatu ketika.
Keahliannya di bidang K3, telah membawa Prof Fatma dipercaya dan menempati beberapa posisi yang sangat penting. Pada periode 2012-2014, dia dipercaya menempati posisi Direktur Pusat Kajian dan Terapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (PKTK3) di FKM UI.

DRRC UI
Pada 2014, Prof Fatma dipercaya sebagai Direktur Disaster Research & Response Centre (DRRC) UI. Sebuah pusat studi dalam upaya pengurangan risiko bencana yang diresmikan UI pada tahun itu juga.
DRRC UI telah banyak membantu pemerintah, intistusi, dan organisasi dalam mengurangi dampak risiko bencana. Baik yang disebabkan oleh bencana non-alam maupun gabungan dari bencana non-alam dan alam.
“Kami pernah bekerja sama dengan Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta yang saat itu melakukan fire mapping hingga tingkat RW. DKI Jakarta saat ini memiliki peta wilayah mana saja yang rawan terjadi kebakaran,” kata Fatma.
Upaya serupa yaitu melakukan fire mapping, juga diminta Pemerintah DIY Yogyakarta. Menurutnya, sebagai wilayah yang memiliki banyak cultural heritage seperti keraton yang bangunannya didominasi oleh kayu, diperlukan sistem proteksi khusus.
Selain itu, Fatma juga pernah membantu Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dalam merancang sistem proteksi sebagai mitigasi kebakaran pada bangunan cagar budaya. Tujuannya agar kebakaran yang menghanguskan rumah gadang,tidak terjadi lagi.
Prof Fatma juga pernah didapuk sebagai Kepala K3 UI (2015-Feb 2020) dan juga Ketua 2nd Asian Conference on Safety & Education in Laboratory.
Dalam hal publikasi, sampai saat ini, Prof Fatma telah menghasilkan setidaknya 4 buku. Juga 11 artikel pada jurnal internasional dengan peringkat Scopus Q2 dan 7 jurnal nasional.
Salah satu karyanya adalah buku berjudul Manajemen Keselamatan Operasi: Membangun Keunggulan Operasi dalam Industri Proses. Buku yang diterbitkan PT Gramedia Pustaka Umum tahun 2016 ini sampai sekarang masih menjadi rujukan wajib bagi pelaksanaan K3.
Merancang Program K3 Nasional
Prof Fatma juga dipercaya mengampu tanggung jawab sebagai Wakil Ketua Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional (DK3N). Sebagai Wakil Ketua DK3N, ia memimpin working group dari seluruh stakeholder untuk menyusun Program K3 Nasional.
Program prioritas dalam Program K3 Nasional antara lain promosi budaya K3 di Indonesia, penegakan norma dan hukum K3. Lalu, peningkatan kapasitas sumber daya manusia terkait K3, memperkuat kolaborasi dan koordinasi, serta sinergi K3 di Tanah Air. Selanjutnya adalah integrasi data dan informasi K3.
“Program K3 Nasional merupakan panduan K3 yang akan diimplementasikan di Indonesia. Ini salah satu tugas besar dan menantang. Alhamdulillah bisa diselesaikan dengan baik,” ucap peraih penghargaan WSO Professional Concerned Award dari World Safety Organization (WSO) ini.
Perempuan yang gemar memasak dan merangkai bunga ini mengatakan, kesadaran pekerja akan K3 sangat bervariasi. Bahkan budaya K3 masyarakat Indonesia masih terbilang rendah.
Di negara-negara maju, katanya, edukasi mengenai K3 sudah diajarkan sejak usia dini. Salah satu strategi awal menjadikan K3 sebagai budaya harus dilakukan melalui regulasi, seperti yang dilakukan oleh PT Kereta Api Indonesia (PT KAI).
“KAI memang hanya bagian kecil dari Indonesia, tapi membuktikan transformasi K3 dapat dilakukan dan mendatangkan keuntungan. Kalau Indonesia mampu mengimplementasikan K3 dengan baik, maka negara ini akan lebih maju,” pungkasnya. (Hasanuddin)