
Pemadam Kebakaran Pertama Dibentuk Lebih 2.000 Tahun Lalu
Pasukan pemadam kebakaran pertama dibentuk di masa Romawi Kuno.
JAKARTA, Improvement – Hari ini, 4 Mei, dikenal sebagai International Firefighter’s Day (IFFD) atau Hari Pemadam Kebakaran se-Dunia. Hari ini, kita mengapresiasi para pemadam kebakaran yang telah mendedikasikan hidupnya bagi upaya pemadaman api ketika terjadi kebakaran.
Mereka mempertaruhkan nyawa demi padamnya api, demi menyelamatkan para korban kebakaran dan lingkungan. Mereka tetap bertugas, meski harus berhadapan dengan kobaran api yang sangat panas.
“Pantang Pulang Sebelum Api Padam,” begitu jargon Pemadam Kebakaran di Indonesia. Menggambarkan bagaimana tekad para pemadam kebakaran ketika bertugas memadamkan api kebakaran.
IIFD ditetapkan pada 4 Mei 1999. Tanggal tersebut diperingati untuk mengenang gugurnya lima petugas pemadam kebakaran ketika bertugas memadamkan kebakaran hutan di Australia pada 2 Desember 1998.
Inisiatif IFFD datang dari pemadam kebakaran wanita Australia, JJ Edmondson. Pada 4 Januari 1999, ia mengajukan usulan IFFD untuk mengenang gugurnya lima rekannya saat bertugas. Sekaligus menghormati para petugas pemadam kebakaran di seluruh dunia yang gugur saat bertugas.
Tanggal 4 Mei dipilih sebagai IFFD, berkaitan dengan hari raya St. Florian. Ia merupakan komandan pertama dari batalion Romawi yang menyelamatkan banyak nyawa ketika terjadi kebakaran.
St. Florian dianggap sebagai Santo pelindung semua petugas pemadam kebakaran, Di Eropa, tradisi perayaan St. Florian telah berlangsung selama lebih 150 tahun.
IFFD menyoroti peran penting petugas pemadam kebakaran dalam menjaga keselamatan masyarakat dari bahaya kebakaran dan bencana lainnya.
Pemadam Kebakaran Pertama
Catatan sejarah pertama tentang terbentuknya pemadam kebakaran, berasal dari masa Romawi Kuno (abad 8 SM – 5 M). Persisnya di abad pertama Sebelum Masehi (SM).
Kala itu, Marcus Licinus Crassus, seorang jenderal dan politisi, membentuk pasukan pemadam kebakaran berjumlah sekitar 500 orang. Pasukan ini dibentuk lantaran saat itu sering terjadi kebakaran di kota Roma.
Roma di masa tersebut merupakan kota yang padat penduduk. Para sejarawan menyebut, kota Roma sudah didiami setidaknya 1 juta penduduk di abad pertama Masehi.
Pada 18 Juli 64, kota Roma dilanda kebakaran besar. Romawi saat itu dipimpin oleh Nero, yang diangkat menjadi Kaisar pada tahun 54 di usia 17 tahun.

Menurut Tacitus, sejarawan Kekaisaran Romawi, kebakaran dimulai di toko-toko tempat penyimpanan barang-barang yang mudah terbakar. Toko-toko tersebut terletak di sekitar stadion besar Circus Maximus, yang berdekatan dengan Perbukitan Caelian dan Palatine di Roma.
Pada malam kejadian, angin begitu kencang sehingga api dengan cepat melahap rumah-rumah dan menyebar ke berbagai area. Di sekitar lokasi, tidak ada bangunan besar seperti kuil atau tanah terbuka untuk mencegah merembetnya api.
Pada hari keenam, kobaran api berhasil dipadamkan. Namun, tak lama kemudian, kobaran api kembali menyala selama tiga hari. Setelah api benar-benar padam, lebih dari 70 persen isi Kota Roma telah hangus terbakar.
Bangunan besar yang hancur atau rusak parah termasuk Jupiter Stator, House of the Vestals, Domus Transitoria, dan istana Kaisar Nero. Kabarnya, hanya empat distrik di Roma yang benar-benar selamat dari kobaran api.
Ratusan orang menjadi korban tewas Kebakaran Besar Roma, sementara ribuan lainnya kehilangan tempat tinggal. Di samping itu, ratusan umat Kristen disiksa dan dieksekusi oleh Kaisar Nero, karena dianggap sebagai pemberontak yang menyebabkan kebakaran.

Di atas reruntuhan kota, Kaisar Nero membangun kota baru. Ia kemudian membentuk pasukan pemadam kebakaran yang diberinama “Vigiles”. Pasukan ini terdiri dari budak yang dilatih khusus untuk memadamkan kebakaran dan menjaga ketertiban kota.
Mereka memiliki divisi seperti Uncinarius (pembongkar atap), Siphonarius (pengoperasi pompa air), dan Aquarius (penyedia air).
Sejarah Pemadam Kebakaran di Indonesia
Di Indonesia, sejarah pemadam kebakaran dimulai pada masa kolonial Belanda. Pada tahun 1873, terjadi kebakaran besar di Kramat Kwitang, Batavia (sekarang Jakarta).
Peristiwa itu memicu pemerintah Hindia Belanda membentuk organisasi pemadam kebakaran bernama “Brandweer”. Pada 25 Januari 1915, dikeluarkan peraturan “Reglement op de Brandweer in de Afdeeling stad Vorsteden van Batavia” untuk mengatur organisasi ini.
Pada 1 Maret 1929, masyarakat Betawi memberikan penghargaan kepada Brandweer Batavia berupa prasasti bertuliskan “Tanda Peringatan Brandweer Batavia 1919-1929”.
Prasasti ini menjadi bukti otentik berdirinya organisasi pemadam kebakaran pada 1 Maret 1919. Tanggal ini kemudian diperingati sebagai Hari Ulang Tahun Pemadam Kebakaran di Indonesia. (berbagai sumber/Hasanuddin)