NewsSustainability

Pekerja Tewas Diterkam Harimau: Ir. Ulul Azmi Dorong Standar Keselamatan Berbasis Konservasi

Area kerja yang berada di lanskap satwa liar wajib mengadopsi pendekatan bio-safety engineering.

PEKANBARU, Improvement – Tragedi yang menimpa seorang operator alat berat di wilayah konsesi hutan PT SGP, Kecamatan Kerumutan, Kabupaten Pelalawan, Riau pada 24 Juni 2025 lalu menyisakan keprihatinan mendalam. Korban ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa setelah diduga kuat menjadi korban serangan Harimau Sumatera.

Menanggapi kejadian tersebut, Ir. Ulul Azmi, ST., CST., IPM., ASEAN Eng., Ketua Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Wilayah Riau sekaligus praktisi keselamatan kerja dan lingkungan, menyampaikan duka cita yang mendalam kepada keluarga korban dan seluruh jajaran perusahaan tempat korban bekerja.

Ia menegaskan bahwa insiden ini merupakan momentum penting untuk memperkuat sistem keselamatan kerja di kawasan hutan yang merupakan habitat alami satwa liar.

Menurutnya, accident ini bukan sekadar kecelakaan kerja. Tetapi cerminan lemahnya sistem mitigasi konflik antara manusia dan satwa liar di wilayah konsesi. Keseimbangan antara aktivitas ekonomi dan perlindungan keanekaragaman hayati harus dijaga dengan serius.

Ir. Ulul Azmi mengingatkan bahwa lokasi kejadian merupakan wilayah ekosistem penting yang masih menjadi rumah bagi Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), spesies langka dan dilindungi undang-undang. Oleh karena itu, setiap aktivitas operasional di wilayah tersebut harus dibarengi dengan protokol keselamatan berbasis konservasi.

Dalam kapasitasnya sebagai insinyur profesional dan penggiat keselamatan kerja dan lingkungan, ia mengusulkan beberapa langkah mitigasi strategis seperti penguatan zona aman dan buffer zone di sekitar camp, penerapan sistem peringatan dini dan pemantauan satwa dengan kamera trap dan alarm deteksi, pelatihan keselamatan bagi pekerja termasuk sistem kerja berpasangan (buddy system), serta kolaborasi aktif antara perusahaan, BBKSDA dan aparat setempat dalam menyusun protokol tanggap darurat.

Bio-Safety Engineering

Menurut Ir. Ulul Azmi, dunia industri khususnya sektor kehutanan dan konstruksi yang berada di lanskap satwa liar wajib mengadopsi pendekatan bio-safety engineering, yaitu integrasi teknologi dan kebijakan untuk mengurangi risiko interaksi negatif antara manusia dan satwa.

Ia menyatakan bahwa pembangunan industri dan pelestarian alam bukan dua kutub yang harus dipertentangkan. Melalui desain kerja yang berbasis etika profesi, teknologi, dan keberlanjutan, keselamatan manusia dan kelestarian satwa dapat berjalan beriringan.

Insiden ini harus menjadi pelajaran bersama, tidak hanya bagi perusahaan terkait tetapi juga bagi seluruh pemangku kepentingan di sektor kehutanan dan lingkungan. Evaluasi menyeluruh terhadap protokol kerja dan percepatan pembentukan tim mitigasi konflik satwa di tingkat tapak perlu segera dilakukan.

Jangan sampai kita hanya merespons ketika nyawa telah hilang. Keselamatan kerja dan konservasi harus menjadi komitmen utama dalam setiap aktivitas keinsinyuran di kawasan hutan tropis Indonesia, pungkasnya. (Hasanuddin)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button