
Only One Earth, Jangan Lagi Rusak Bumiku……
Bumi yang kita pijak dan tinggali, hanya satu. Only one earth. Jangan lagi rusak bumiku....
JAKARTA, Improvement – Sadarkah bahwa setiap saat kita telah melakukan perbuatan yang mengakibatkan bumi merintih kesakitan? Lihatlah bagaimana jalanan di kota Jakarta setiap harinya dijejali aneka kendaraan.
Ke manapun pergi, kita tak bisa bergerak tanpa kendaraan. Kehidupan umat manusia dalam beberapa dekade terakhir begitu tergantung pada kendaraan bermotor. Kendaraan-kendaraan yang setiap saat wara-wiri di jalanan itu melaju berkat adanya energi mesin yang digerakkan oleh bahan bakar minyak (BBM).
Proses pembakaran yang terjadi di ruang bakar (mesin kendaraan bermotor) menghasilkan sisa pembakaran yang dikeluarkan melalui knalpot dan dikenal dengan sebutan emisi gas buang. Sisa pembakaran menghasilkan sejumlah zat berbahaya yaitu Karbon Monoksida (CO), Karbon Dioksida (CO2), Nitrogen Oksida (NO atau NOx), dan Hidrokarbon (HC).
Bayangkan, berapa banyak zat-zat berbahaya itu dilepas ke udara dari kendaraan bermotor di seluruh dunia setiap harinya. Emisi gas buang dari kendaraan bermotor tidak saja membahayakan kesehatan tubuh manusia, tetapi juga merusak atmosfer bumi.
Di rumah, kita seringkali tidak menghabiskan makanan di piring. Sisa-sisa makanan di piring akan dibuang ke tempat sampah lalu diangkut petugas ke tempat pembuangan sampah sementara dan selanjutnya akan bermuara di tempat pembuangan sampah (TPS).
Baca Juga : ESG INVESTING, Investasi Berkelanjutan
Setiap harinya berapa ton sampah sisa makanan (food waste) yang dibuang dan menumpuk di TPS? Tumpukan sampah sisa makanan tersebut akan menghasilkan gas methana dalam jumlah besar yang lepas ke udara dan merusak atmosfer bumi.
Belum lagi kegiatan industri yang juga banyak melepas zat-zat kimia berhaya ke udara. Ulah manusia tersebut telah mengakibatkan lapisan ozon di atmosfer bumi mengalami kerusakan parah.
Lapisan Ozon yang seharusnya melindungi segala makhluk hidup di muka bumi, kini telah robek dan menghasilkan lubang yang amat luas. Pada Oktober 2020, luas lubang Ozon mencapai 14,8 juta km persegi atau setara dua kali luas negara Amerika Serikat (AS).
Keseimbangan alam di bumi terganggu. Suhu bumi meningkat (global warming), mencairkan gunung-gunung es di Kutub Utara lalu meningkatkan permukaan air laut. Kenaikan permukaan air laut memicu perubahan iklim (climate change).
Baca Juga: Ketersediaan Air di Indonesia Capai 3,9 Triliun M3/Th
Cuaca berlangsung ekstrim dengan badai-badainya yang super ganas. Bencana terjadi di mana-mana dan korban berjatuhan.
Di air dan tanah idem ditto. Kegiatan industri telah banyak melepas zat-zat kimia berbahaya ke sungai sehingga membuat kualitas air menjadi buruk dan tak lagi bisa dikonsumsi. Kondisi tanah pun tak jauh beda. Aneka zat kimia berbahaya yang dibuang manusia ke dalam tanah, telah membuat kualitas tanah menjadi buruk.
Bumi yang selama ini kita tinggali hanya satu (only one earth). Planet Bumi sudah renta. Ia tercipta 4,5 miliar silam.
Upaya penyelamatan lingkungan harus dimulai dari hal-hal kecil di sekitar hidup dan aktivitas kita sehari-hari, baik di rumah maupun di tempat kerja dan lingkungan sosial. (Hasanuddin)