QHSSESustainabilityTransportation

KNKT: Berat Muatan KMP Tunu Pratama Jaya 538 Ton!

Kapasitas muatan kapal hanya 138 ton. Tapi saat kejadian mengangkut beban 538 ton.

BANYUWANGI, Improvement – Satu per satu penyebab tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya, terungkap ke permukaan.

Selain pintu geladak terbuka, rupanya kapal tersebut mengangkut muatan jauh melebihi kapasitas. Tak tanggung-tanggung, kelebihan muatannya mencapai lebih 3 kali lipat dari kapasitas.

Hal ini diungkap Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono di kantor ASDP Ketapang, Selasa (22/7/2025).

Soerjanto memaparkan data faktual tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di hadapan tim Komisi V DPR RI.

Bertempat di kantor ASDP Ketapang, Tim Komisi V DPR RI menggelar rapat bersama stakeholder terkait operasi SAR KMP Tunu Pratama Jaya. Di antaranya Basarnas, KNKT, Dirjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan, BMKG, Gapasdap, dan lainnya.

“Kapal memiliki kemampuan muat 138 ton, tapi total yang dimuat 538 ton, tiga kali lipat,” kata Soerjanto sebagaimana dilansir dari laman kompas.com.

Dikatakan, merujuk dari rencana penataan muatan, kapal produksi tahun 2010 tersebut hanya mampu memuat maksimum 9 truk sedang. Selain itu, 14 mobil sedan atau SUV.

Namun, dari data yang dihimpun KNKT dan dilampirkan pihak kapal dalam surat persetujuan berlayar (SPB), terdapat sebuah kendaraan dengan berat mencapai 52 ton.

“Dalam kertas tercetak 0 kilogram tapi ditulis tangan 52 ton berat kendaraan pada kendaraan dengan nomor polisi DK 3185 AD,” katanya.

Sementara, dalam kapal tersebut, menurut manifes, terdapat 22 kendaraan. Rincinnya, 8 kendaraan golongan VII, 3 kendaraan golongan VI B, 3 kendaraan golongan V B. Lalu, 3 kendaraan golongan IV B, 4 kendaraan golongan VI A, serta 1 kendaraan golongan II.

International Safety Management Code

KNKT menyoroti kurangnya bridge resource management (BRM) atau kerja sama seluruh sumber daya yang terlibat dalam pemuatan kapal tersebut. Mereka bahkan tak menggunakan data berat kendaraan dalam rencana pemuatan.

“Seharusnya bridge resource management atau teamwork di anjungan bekerja sama. Jika ada kelemahan bisa saling mengoreksi dan memberikan masukan untuk perbaikan. Sementara fakta di lapangan, BRM tidak bisa mendeteksi International Safety Management (ISM) code yang tampak,” beber Soerjanto.

Ke depan, KNKT berharap semua pihak dapat meningkatkan kepedulian bersama terhadap keselamatan dengan ISM code agar bisa mendeteksi lebih awal. (Hasanuddin)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button