EventQHSSE

Kecerdasan Buatan (AI), Perkuat dan Percepat Budaya K3 di Era Digital

Transformasi digital harus menjadi kekuatan untuk memperkokoh nilai-nilai keselamatan kerja di setiap sektor.

SURABAYA, Improvement – Teknologi yang berkembang amat pesat dalam dua dekade terakhir, telah mengubah wajah dunia. Terlebih setelah pandemi Covid-19 yang melanda dunia pada 2020-2021.

Transformasi digital telah merambah segala sendi kehidupan manusia. Berbelanja kini tak lagi mesti pergi ke pasar atau pusat niaga. Begitu pula dengan cara kita bepergian dan cara bekerja. Dan, masih banyak lagi.

Dunia industri kini tengah memasuki Revolusi Industri ke-4 (4.0). Tenaga-tenaga manusia mulai tergantikan robotik.

Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan teknologi kian tak terbendung. Robotik tak sekadar menggantikan tenaga manusia, tapi sekaligus juga otak manusia. Beberapa penemuan malah sudah memasuki emosi manusia.

Artificial Intelligence (AI/kecerdasan buatan) benar-benar telah mendekatkan cara kerja mesin dengan manusia.

Perubahan dan dinamika yang berlangsung cepat, ditangkap Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) sebagai tema dalam rangka memeringati Hari K3 Dunia 2025.

Revolutionizing Health and Safety : The Role of AI and Digitalization at Work,” menjadi tema peringatan World Safety Day 2025. Lewat tema ini, ILO mengajak masyarakat global untuk melakukan revolusi di bidang K3 di tempat kerja.

Inovasi teknologi, mulai dari AI, robotika, perangkat wearable, sensor digital, hingga teknologi realitas virtual dan augmentasi, mengubah cara mengelola K3.

Perkuat Budaya K3

DK3P Jawa Timur mengajak seluruh elemen masyarakat untuk memperkuat budaya K3 di tengah akselerasi transformasi digital yang tengah melanda dunia kerja.

Transformasi digital membuka peluang besar untuk meningkatkan deteksi dini risiko. Lalu, mempercepat respons terhadap potensi bahaya, serta mendukung efisiensi operasional yang lebih tinggi.

Toh, perkembangan ini juga menghadirkan tantangan baru dalam dunia K3. Misalnya isiko ergonomis berbasis digital, beban kerja yang terukur secara real-time, hingga kaburnya batas antara kehidupan profesional dan pribadi.

Ketua DK3P Jatim, Sigit Priyanto, menegaskan bahwa transformasi digital harus menjadi kekuatan untuk memperkokoh nilai-nilai keselamatan kerja di setiap sektor.

“Kita harus menyambut era revolusi teknologi ini dengan penuh optimisme, tetapi tidak boleh abai terhadap nilai fundamental keselamatan kerja. Inovasi berbasis digital harus menjadi kendaraan untuk memperluas budaya K3, bukan justru mengaburkan komitmen  terhadap keselamatan manusia di tempat kerja,” ujar Sigit.

“Teknologi seperti AI, robotika, dan digitalisasi industri seharusnya memperkuat kontrol risiko, mempercepat deteksi bahaya, dan meningkatkan kualitas hidup pekerja. Namun, semua itu hanya akan bermakna jika ditopang dengan budaya sadar risiko dan kompetensi K3 yang terus diperbarui. Lalu,  kepemimpinan yang konsisten mendorong penerapan nilai-nilai keselamatan di semua lini organisasi,” tegasnya.

Sigit juga menekankan pentingnya membangun sinergi lintas sektor, antara pemerintah, industri, dunia pendidikan, dan masyarakat. Sinergitas lintas sektor penting dilakukan untuk memastikan keselamatan kerja menjadi bagian integral dari pembangunan berkelanjutan.

Pendekatan Holistik dan Humanistik

Wakil Ketua DK3P Jatim, Edi Priyanto, menambahkan bahwa perubahan besar yang terjadi saat ini harus direspons dengan pendekatan yang holistik dan humanistik.

“Era revolusi digital ini membuka peluang besar untuk meningkatkan kualitas keselamatan dan kesehatan kerja di semua sektor. Namun, kita tidak boleh lupa bahwa dibalik setiap algoritma, dibalik setiap sensor pintar, ada manusia yang tetap menjadi pusat perhatian,” ucapnya.

“Keselamatan kerja bukan semata tentang mengadopsi teknologi mutakhir. Melainkan tentang memastikan bahwa teknologi tersebut benar-benar mendukung manusia, menjaga harkat dan martabat pekerja, serta memperkuat rasa aman dan nyaman dalam bekerja,” katanya.

“Peringatan Hari K3 Dunia 2025 ini mestinya menjadi momentum penting untuk memperteguh komitmen kita. Budaya K3 tidak boleh hanya menjadi formalitas administratif. Ia harus hidup, tumbuh, dan menjadi karakter dalam diri setiap individu, dari pekerja lapangan hingga pimpinan puncak,” lanjut Edi.

Lebih lanjut, ia mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk memandang K3 sebagai investasi jangka panjang,  bukan beban. Serta membangun kesadaran bahwa tanggung jawab keselamatan melekat pada setiap pribadi di lingkungan kerja.

Deteksi Dini Kecelakaan

Adithya Sudiarno, Pengurus Bidang Kerjasama K3 dan Humas DK3P Jatim  menyoroti peran strategis kecerdasan buatan dalam industri berisiko tinggi.

“Kecanggihan teknologi AI mampu mendeteksi anomali pada suatu proses industri dan memberikan peringatan dini untuk mencegah kecelakaan. Terutama pada industri dengan risiko tinggi,” kata Adithya yang juga merupakan Kepala Program Studi Rekayasa Keselamatan Proses ITS.

Ia menambahkan bahwa AI dalam rekayasa keselamatan proses juga membuka peluang baru untuk melakukan simulasi dan pemodelan kecelakaan. Ia mencontohkan proses ledakan dalam industri pertambangan.

Lewat teknologi AI, insinyur keselamatan dapat menguji berbagai skenario dan merancang pengendalian teknis yang lebih efektif.

“Kemajuan teknologi industri yang semakin kompleks harus diimbangi dengan sistem keselamatan berbasis AI yang cermat. Tujuaannya agar best practice dalam pengendalian risiko dapat dijalankan dengan optimal,” tambahnya.

Komitmen DK3P Jatim

DK3P Jatim berkomitmen untuk terus memperkuat budaya K3 melalui edukasi, kolaborasi, dan inovasi lintas sektor melalui skema pentaheliks.

DK3P Jatim menegaskan pentingnya membangun dunia kerja yang tidak hanya produktif, tetapi juga aman, sehat, manusiawi, dan berkelanjutan.

“Pada kesempatan ini, kita tidak hanya memperingati Hari K3 Dunia. Kita sedang menuliskan babak baru dalam sejarah dunia kerja, babak di mana keselamatan tidak lagi bergantung pada ketakutan terhadap kecelakaan. Melainkan bertumpu pada kekuatan budaya kolektif yang mengutamakan nilai manusia di atas segalanya. Mari jadikan K3 sebagai bagian dari identitas diri serta pondasi untuk membangun bangsa yang lebih unggul, sejahtera, dan berkelanjutan,” pungkas Edi Priyanto. (*/Hasanuddin)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button