EventSustainability

Guru dan Siswa SMA Antusias Ikuti Seminar Pelestarian Cagar Budaya

Setelah acara seminar, para peserta diajak berkunjung ke sejumlah situs cagar budaya di kota Depok.

DEPOK, Improvement – Kota Depok, yang berlokasi di pinggiran Jakarta, bukan lah kota yang baru terbentuk. Ia sudah ada seiring perkembangan kota Batavia di Jakarta di masa penguasaan VOC, Belanda.

Di masa sebelum kemerdekaan RI, Depok malah pernah menjadi negara yang memiliki kepala negara dan pemerintahan sendiri.

Sejarah kota Depok yang merentang panjang itu kembali diangkat ke permukaan oleh Yayasan Lintas Alumni Nusantara Bersatu (LANB) melalui sebuah seminar. Kegiatan ini dihelat bareng Perkumpulan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) Komda Jabodetabek dan GPIB Immanuel Depok di Dopamine Coffee & Tea. Di era kolonial Belanda, kafe ini merupakan bangunan Europeesche Lagere School (ELS).

Seminar menghadirkan pakar sejarah JJ Rizal dan arkeolog Judi Wahjuddin dari IAAI Komda Jabodetabek. Dalam pemaparannya, JJ Rizal mengisahkan sejarah perjalanan panjang kota Depok.

Sedangkan Judi lebih memperkenalkan apa itu Cagar Budaya, proses suatu obyek menjadi Cagar Budaya. Lengkap dengan pembahasan UU Cagar Budaya dan penerapannya pada objek bersejarah dan bernilai arkeologis di Depok.

Para peserta seminar merupakan siswas-siswi SMA dan SMK plus para guru Sejarah di kota Depok. Juga dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat Depok. Peserta yang menghadiri berjumlah kurang lebih 50 orang yang didominasi siswa-siswi SMA dan SMK.

Pelestarian Cagar Budaya Depok

Usai seminar, para peserta diajak mengunjungi beberapa objek Cagar Budaya yang berada di Jl Pemuda, Depok. Antara lain Pastori Immanuel Depok, SMA Kasih – Ebenhaezer, kantor YLCC dan diakhiri di Gereja Emanuel.

Acara dipandu  oleh Boy Loen dari Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein (YLCC).

Joris Tutopoly. (Foto: Istimewa)

Sementara itu, dalam sambutannya, Ketua Yayasan LANB Joris Tutupoly mengatakan, pengenalan dan pemahaman atas sejarah dan objek bersejarah serta aturan-aturannya sudah selayaknya diketahui oleh masyarakat Depok. Terutama para pelajar dan guru sejarahnya sebagai stakeholder Depok.

Melestarikan sejarah dan objek bersejarah merupakan hal krusial agar masyarakat mengenali jati dirinya.

Juga  penerapan kebijakan atas objek-objek tersebut yang mana sangat sedikit diketahui oleh masyarakat umumnya termasuk pemerintah kota.

“Diharapkan seminar sejenis akan lebih sering dilakukan agar pengetahuan tersebut tersebar secara merata  untuk dipahami oleh masyarakat Depok khususnya,” kata Joris, arkeolog dari IAAI Komda Jabodetabek. (*/Hasanuddin)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button