
Guru dan Pelatih Diduga Lalai, 2 Siswi SD Tewas Tenggelam Saat Eskul Renang
Kedua siswi masih berusia 6 dan 7 tahun, serta masih duduk di kelas 1 SD. Miris….
BEKASI, Improvement – Perayaan Hari Kemerdekaan RI ke-80 tinggal tiga hari lagi. Tapi kecelakaan demi kecelakaan fatal, terus terjadi. Merdeka dari kecelakaan, mungkinkah?
Peristiwa yang terjadi di Kabupaten Bekasi, benar-benar membuat miris. Dua siswi kelas 1 SD, tewas tenggelam ketika mengikuti kegiatan ekstrakurikuler (Eskul) berupa renang.
Nyawa KBW (7) dan FAP (6), tak tertolong meski sempat dilarikan ke rumah sakit. Keduanya merupakan siswi kelas 1 SDIT Ibnul Jazari Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
Polisi kini tengah menyelidiki unsur kelalaian dalam peristiwa yang terjadi Senin (11/8/2025) siang. Saat kejadian ada dua guru dan pelatih yanng menampingi para siswa SD di kolam renang.
Orangtua mana yang tak bersedih ketika putrinya, yang ketika berangkat dari rumah penuh keceriaan, tetiba dikabarkan kritis dan meninggal?
Dua calon penerus bangsa, meninggal di kolam renang dalam usia yang masih dini, dalam kegiatan ekstrakurikuler. Aspek keselamatan di sekolah harus benar-benar menjadi perhatian bersama. Jangan teori semata.
Kronologi Kejadian
Bermula ketika kedua siswi asal Kelurahan Setia Mulya, Tarumajaya itu baru menyelesaikan kegiatan belajar mengajar (KBM) pada pukul 14.00 WIB.
Bersama 23 rekannya, KBW dan FAP kemudian mengikuti kegiatan ekstrakurikuler renang yang diadakan pihak sekolah di kolam renang. Lokasinya, persis di depan SDIT Ibnul Jazari.
“Pada hari itu adalah ekstrakurikuler renang yang pertama kali untuk murid kelas satu,” kata Kasat Reskrim Polres Metro Bekasi AKBP Agta Bhuana Putra dalam keterangannya, Rabu (13/8/2025).
Baru 30 menit berjalan, seorang guru menghubungi orangtua KBW yang memintanya mendatangi salah satu rumah sakit yang tak jauh dari sekolah.
Hal yang sama juga dilakukan Kepala SDIT Ibnul Jazari, Muhammad Unais. Ia menghubungi orangtua FAP untuk mendatangi rumah sakit yang sama.
Orangtua KBW kemudian tiba lebih dulu di lokasi. Ia langsung terkejut ketika pihak sekolah memberitahu bahwa putrinya dan FAP meninggal dunia saat mengikuti ekstrakurikuler renang.
Orangtua KBW lantas menghubungi orangtua FAP bahwa anaknya meninggal bersama putrinya. Tak lama, orangtua FAP tiba di rumah sakit.
Sesaat kemudian, keduanya langsung membawa pulang jenazah anaknya ke kediaman mereka yang merupakan tetangga rumah.
“Setelah itu korban KBW dan FAP dibawa pulang ke rumah duka yaitu di kediaman masing-masing,” ungkap AKBP Agta.
Kondisi Kolam Renang
Kolam renang yang menjadi lokasi tenggelamnya KBW dan FAP, berada di lantai tiga sebuah gedung yang berada persis depan SDIT Ibnul Jazari Babelan.
Hanya ada satu kolam renang di sana dengan ukuran 10 x 7 meter. Kondisi airnya, cukup keruh dan memiliki tiga kedalaman berbeda; 110 cm, 120 cm, dan 130 cm.
Menurut Kepala Sekolah, kolam renang ini sudah biasa digunakan sekolahnya untuk kegiatan eskul renang. Ia mengklaim kegiatan eskul renang yang selama ini diselenggarakan, aman-aman saja.
Menurut Unais, kasus tewasnya dua siswi tersebut merupakan peristiwa perdana sepanjang kegiatan itu dilaksanakan. “Selama ini, kita fair-fairan saja ya, aman-aman saja seperti itu,” ujar Unais sebagaimana dilansir dari laman kompas.com.
Ukuran kolam renang dan kedalaman, menurutnya cukup ideal untuk menampung 25 siswa peserta eskul renang. “Muat dan selama ini tidak ada problem,” ungkap dia.
Dari kejadian ini, patut dipertanyakan, apakah kolam renang berkedalaman 110 – 130 cm, layak untuk dijadikan tempat eskul renang siswa kelas 1 SD? Usia mereka rerata berada di kisaran 6 – 8 tahun, dengan tinggi badan di kisaran 100 cm.
Guru Diduga Lalai
Untuk kegiatan eskul renang kelas 1 SD, ada dua guru pendamping, D dan I. Peristiwa tenggelamnya dua siswi tersebut diduga ada unsur kelalaian.
Kepala Sekolah SDIT Ibnul Jazari Babelan, Muhammad Unais mengungkapkan, saat peristiwa terjadi, guru dan pelatih tengah menaikkan sejumlah peserta yang telah berendam ke kolam renang sebelum sesi pemanasan dilakukan.
Ia menduga konsentrasi guru dan pelatih teralihkan karena fokus mempersiapkan sesi pemanasan.
“Saat itu emang gurunya lagi menaikkan murid-murid karena mau pemanasan gitu. Jadi mungkin teralihkan penglihatannya,” ujar Unais.
Guru dan pelatih baru mengetahui dua anak didiknya tenggelam ketika seorang murid memberitahu bahwa terdapat dua siswi yang tenggelam.
“Pelatihnya itu mendapati anak muridnya tenggelam dari anak lain gitu, ‘Bu ada yang tenggelam’. Kemudian gurunya langsung melihat, langsung diangkat gitu,” jelas Unais.
Kedua korban, kata Unais, kemudian dievakuasi dan langsung dilarikan ke salah satu rumah sakit dalam kondisi masih bernyawa.
Unais yang mendapat informasi tersebut kemudian bergegas menyusul kedua korban ke rumah sakit. Sesampainya di lokasi, kedua korban dinyatakan meninggal dunia.
“Iya saat itu sempat dibawa ke rumah sakit, kemudian dari rumah sakit sudah dinyatakan meninggal,” ungkap dia.
Pihak rumah sakit saat itu tak menjelaskan secara perinci penyebab kematian kedua korban.
Unais hanya mendapat informasi mengenai bukti kondisi jantung kedua korban yang diduga berhenti berdetak.
“Iya ketika mereka kasih bukti jantungnya seperti itu, ya memang sudah itu (berhenti berdetak),” ucap dia.
Atas peristiwa tragis ini, Unais pun menyampaikan permintaan maaf dan merasa kehilangan dengan meninggalnya dua anak didiknya.
“Iya tentu saja ini adalah sebuah kejadian yang tidak kita inginkan dan kita menyesalinya. Saya benar-benar merasa kehilangan,” imbuh dia.
Polisi Periksa Enam Orang
Polisi telah memeriksa enam saksi terkait kasus ini, antara lain dari pihak keluarga korban dan sekolah.
“Dari pihak keluarga korban ada, kemudian dari pihak sekolah,” kata Kapolsek Babelan Kompol Wito.
Selain meminta keterangan sejumlah saksi, kepolisian juga melakukan penyelidikan langsung ke TKP.
Hasilnya, terdapat tiga rekaman kamera CCTV dan dua pakaian yang dikenakan korban saat peristiwa itu terjadi. Wito berjanji akan mengusut tuntas kasus ini. “Kami usut tuntas,” tegas Wito. (Hasanuddin)