InfrastructureSustainability

Benteng Pendem Ambarawa: Sempat Merona, Tapi Kini Merana

Di beberapa bagian, cat sudah terkelupas bahkan berjamur. Padahal penataan kawasan cagar budaya Fort WIllem I atau benteng Ambarawa baru saja dilaksanakan dengan menelan anggaran lebih dari Rp156 miliar.

AMBARAWA, Improvement – Bangunan cagar budaya Fort Willem I yang terletak di Ambarawa, Jawa Tengah, kondisinya cukup merana.

Rerumputan liar tumbuh begitu suburnya. Di beberapa bagian tampak tinggi, bahkan nyaris menutupi papan infromasi peta Fort Willem I yang sudah rapi terpasang di sudut belakang.

Cat dinding di beberapa tempat sudah mengelupas. Bahkan ada bagian dinding bangunan yang sudah berjamur.

Padahal, bangunan cagar budaya yang dikenal dengan nama Benteng Pendem Ambarawa ini belum lama ini selesai dilakukan perbaikan. Tak tanggung-tanggung, negara melalui Kementerian PU menggelontorkan fulus sebsar Rp156,8 miliar guna melakukan penataan Fort Willem I.

Penataan itu mencakup perbaikan infrastruktur, rehabilitasi bangunan, perbaikan drainase, dan penataan lansekap kawasan.

Dikutip dari laman sahabat.pu.go.id, tahap pertama difokuskan pada  revitalisasi kawasan cagar budaya Benteng Fort Willem I. Luas area penanganan mencapai 27.286,38 m² dan luas bangunan benteng 10.392,42 m².

Lingkup penanganan meliputi pekerjaan perlindungan bangunan, pekerjaan pengembangan bangunan, dan penataan lansekap kawasan.

Pekerjaan penataan kawasan Benteng  Pendem Ambarawa Tahap I dilakukan sejak Desember 2023 oleh PT Waskita Karya selaku kontraktor pelaksana.

Selain pekerjaan revitalisasi pada bangunan cagar budaya, penataan juga dilakukan pada area parkir seluas 6.429,93 m² dan area jalan akses seluas 5.873,42 m².

Pada Juni 2025, penataan tahap pertama selesai dikerjakan. Benteng yang semula kumuh, tampak memesona. Akses jalan menuju bangunan, sudah mulus. Bangunan itu sendiri tampak putih gading.

Papan informasi ditempatkan di beberapa titik sebagai indikasi bahwa benteng Pendem Ambarawa atau Fort Willem I, sudah siap menyambut kedatangan para wisatawan.

Merana

Namun, ketika Improvement menyambangi Fort Willem I, Jumat (17/8/2025) siang, papan informasi di bagian belakang, nyaris tenggelam rumput.

Rerumputan liar tak hanya nyaris menenggelamkan papan informasi, tapi juga tumbuh subur di sekitar benteng.

“Sampai sekarang belum ada pengelola, Pak,” kata Fasil.

“Tadinya ndak seperti ini (rumput liar, red). Rapi dan bersih,” katanya. Fasil adalah warga setempat yang selama ini ‘menjaga’ kawasan cagar budaya Fort Willem I.

Sejak pekerjaan penataan selesaib dilakukan, tak ada kelanjutan akan pemanfaatan kawasan cagar budaya Benteng Pendem Ambarawa. Kawasan seluas lebih dari 27 hektar itu dibiarkan begitu saja.

Fasil memanfaatkan sebagian lahan kosong di kawasan itu untuk menanam cabai. Sebagian besar lainnya, dibiarkan begitu saja.

Sebagian pelapis atau cat di dinding bangunan tampak sudah mengalami pengelupasan. Di bangunan bagian samping, bata merah yang menjadi tiang bahkan sudah mengalami penjamuran.

Di bagian belakang, utamanya di depan Archaeological Park, rerumputan liar tampak meninggi. Hampir menelan papan informasi yang terpasang di sana.

“Setelah dilakukan penataan, diharapkan kawasan Benteng Pendem Ambarawa dapat dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan atau edukasi tentang bangunan cagar budaya, sekaligus sebagai destinasi wisata bagi masyarakat,” ujar Menteri PU Dody Hanggodo, Sabtu (7/6/2025) silam saat penataan kawasan cagar budaya Benteng Pendem Ambarawa selesai dikerjakan.

Terbesar di Pulau Jawa

Fort Willem I merupakan benteng terbesar di Pulau Jawa yang dibangun pada 1834-1853. Dibanding benteng Martelo  di Kepulauan Seribu, benteng pendem Cilacap, benteng pendem Ngawi, Fort Willem I sebenarnya bukan merupakan benteng pertahanan.

Bangunan ini didirikan untuk fungsi barak militer dan logistik militer. Di kompleks cagar budaya Fort Willem I terdapat begitu banyak ruang yang diperuntukkan sebagai barak militer.

Ada pula ruang-ruang tahanan. Salah satu ulama pejuang yang pernah ditahan di sini adalah Kyai Haji Mahfudh Salam. Ia wafat di tahanan pada tahun 1942 dan dimakamkan di kompleks cagar budaya Benteng Pendem Ambarawa.

Mengingat berada di kawasan rawa (Rawa Pening), fondasi Fort Willem I dibangun di atas bantalan kayu. Sisa-sisa kayu sebagai bantalan penyangga struktur bangunan itu masih ada dan sengaja diletakkan di tempat terbuka di area Archaeological Park (bangunan A 10), untuk dilihat pengunjung.

Sejak diresmikan pada 1853, Fort Willem I telah mengalami berbagai fungsi. Upaya perbaikan pertama dilakukan pada 1990. Difokuskan pada menjaga integritas struktural serta pengembangan fasilitas wisata, dan sejak tahun 2000-an menjadi obyek wisata sejarah dan religi.

Di belakang Fort Willem I terdapat Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II Ambarawa. Kabupaten Ambarawa dikenal sebagai destinasi wisata. Tak jauh dari Fort Willem I terdapat Monumen Palagan Ambarawa dan Museum Kereta Api Ambarawa.

Sebelumnya, kondisi Benteng Pendem Ambarawa terlihat memrihatinkan dan minim perawatan. Dinding bangunan utama yang berada di kawasan tersebut rusak dan kusam, serta beberapa bagian bangunan juga hilang.

Kondisi sebelum dilakukan perbaikan

 

Kondisi setelah dilakukan perbaikan. Foto diambil pada Jumat (17/10/2025). (Foto: Improvement/Hasanuddin)

Setelah ditetapkan cagar budaya pada 2021, upaya penataan mulai dilakukan pada Desember 2023. Dinding bangunan yang semula bata merah, telah diplaster dan dicat sehingga Fort Willem I tampak megah dan gagah.

Kondisi geografis berupa rawa memicu tingkat kelembapan sangat tinggi sehingga merusak kondisi bangunan. Upaya mkencegah naiknya air dari bawah tanah dilakukan dengan memberikan plaster bernapas pada bagian dinding bawah.

Namun perbaikan dan penataan yang menelan anggaran lebih Rp156 miliar tersebut, belum selesai seluruhnya. Kini, setelah selesai dikerjakan pada Juni 2025, kondisi Fort Willem I kembali merana karena minimnya perawatan dan belum jelasnya pengelolaan. (Hasanuddin)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button