KampusSustainability

Rektor : 90 Persen Lulusan ITPB Terserap Dunia Kerja

Lulusannya telah banyak diserap dunia industri, dengan tingkat serapan mencapai 90 persen.

INDRAMAYU, Improvement – Lebih dari satu juta lulusan perguruan tinggi di Indonesia saat ini tak memiliki pekerjaan alias menganggur. Persisnya terdapat 1.010.652 lulusan universitas yang berstatus pengangguran pada 2025.

Sementara, untuk lulusan diploma terdata 177.399 orang yang menganggur di tahun yang sama. Secara keseluruhan, jumlah pengangguran di Indonesia pada 2025  terdata di angka 7,28 juta.

Demikian disampaikan Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli saat menjadi keynote speech Kajian Tengah Tahun Indef 2025 di Jakarta, Rabu (2/7/2025) silam.

Tentu ada banyak hal yang menjadi faktor penyebab. Mulai dari ketersediaan lapangan kerja yang terbatas, tidak cocok dengan gaji yang ditawarkan, penempatan di  pelosok, hingga soal kompetensi.

Terkait kompetensi, memang menjadi topik yang sudah lama bergulir di negeri ini. Berbagai upaya pembenahan, termasuk kurikulum, sudah dilakukan meski hingga saat ini belum memperlihatkan hasil yang optimal. Tingkat pengangguran lulusan perguruan tinggi tetap saja tinggi.

ITPB

Rektor Institut Teknologi Petroleum Balongan (ITPB) Dr Ir Hj Hanifah Handayani, MT mengaku prihatin atas banyaknya lulusan perguruan tinggi yang menganggur. Namun ia enggan berkomentar lebih jauh.

Soal kompetensi lulusan sudah lama menjadi perhatian utama ITPB. Hal ini sudah dibuktikan ketika masih bernama Akademi Minyak dan Gas (Akamigas) Balongan.

Ketika mendirikan Akamigas Balongan pada 2002, ia dan para pendiri lainnya sudah memikirkan soal kompetensi mahasiswa.

“Sejak awal didirikan, kami memang berpedoman pada prinsip bahwa ilmu itu harus dipadukan dan diselaraskan antara  kampus dan industri. Sebab implementasi perkembangan teknologi itu adanya di dunia industri dan kampus hanya mempelajari secara keilmuan. Perpaduan antara ilmu kampus dan dunia industri ini akan melahirkan para lulusan yang siap kerja,” kata Hanifah saat ditemui Improvement di ruang kerjanya, Kampus ITPB di Indramayu, baru-baru ini.

Ia menjelaskan tiga program studi di Akamigas Balongan, yang dibuka sejak kampus didirikan. Yaitu Teknik Perminyakan, Fire Safety, dan Teknik Kimia.

Ketiga program studi itu diselaraskan dengan kebutuhan dunia industri Migas. “Semua program studi  di Akamigas Balongan yang kini bernama ITPB adalah program studi yang dibutuhkan di sektor migas. Sejak awal didirikan, kami sudah rancang agar para lulusan ITPB memiliki skill dan siap kerja,” katanya.

90 Persen Terserap Dunia Kerja

Sistem pembelajaran di Akamigas Balongan dan ITPB dilaksanakan dengan memperbanyak mahasiswa kuliah lapangan ke Industri. Selain tentunya melakukan juga praktikum di laboratorium dan praktik di lapangan.

“Kuliah lapangan sangat bagus dilaksanakan karena mahasiswa bisa melihat langsung peralatan-peralatan yang digunakan oleh industri. Mahasiswa juga bisa mengenal suasana industri lebih banyak sehingga saat lulus kelak alumni lebih mudah menyesuaikan di dunia kerja,” ujarnya.

Sejak didirikan pada 2 Agustus 2002, Akamigas Balongan sudah melahirkan setidaknya 15.000 lulusan. Baik dari program vokasi Fire Safety, Teknik Kimia, maupun Teknik Perminyakan.

Bagi ITPB, Hanifah melanjutkan, menyiapkan sumberdaya manusia siap kerja adalah hal utama. “Sebab buat apa meluluskan begitu banyak intelektual tetapi tidak siap kerja. Karena itu, penyiapan kompetensi mahasiswa menjadi perhatian utama kami dalam menyelenggarakan pendidikan di ITPB,” Hanifah menegaskan.

Tak heran jika lulusan Akamigas Balongan, saat ini sudah bekerja di berbagai industri Migas. Tak hanya di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri.

“90 persen lulusan kami, terserap dunia kerja,” pungkas Hanifah. (Hasanuddin)

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button