IndividualProfileSustainability

DODY JOHANJAYA: Petualangan Epik Bersepeda Jakarta-NTT (2)

Jarak ribuan kilometer seakan sangat mudah dicapai Dody dengan bersepeda.

JAKARTA, Improvement – Dari Tebet, Jakarta Selatan, ia menempuh jalur Pantai Utara (Pantura).  Setapak demi setapak jalanan dilaluinya dalam keheningan diri.

Ia tak peduli dengan keriuhan jalanan Pantura. Ia tetap fokus mengayuh sepeda, demi keceriaan anak-anak di Desa Wowong, Lembata.

“Alhamdulillah, finish day 1, Jakarta-Brebes, 276 km,” tulisnya di sebuah WAG. Jarak sejauh itu, ia tempuh dalam tempo 10 jam 22 menit.

Hari kedua, dari Brebes ia  menuju Yogyakarta melintasi Bumiayu, Kebumen, Purworejo. Jaraknya 280 km, yang ia tempuh dalam waktu 11 jam 20 menit.

Dua hari mengayuh sepeda, ia sudah menempuh jarak sejauh 556 km. Berikutnya, dari Yogyakarta ke Mojokerto, Jawa Timur sejauh 282 km.

Dari sini, keesokan harinya ia kembali mengayuh sepeda menuju Banyuwangi, kota paling timur ujung Pulau Jawa, sejauh 282 km. Jarak sejauh ini ia tempuh 11 jam 58 menit.

Empat Hari, 1.121 Km

Empat hari bersepeda, ia sudah menempuh jarak sejauh 1.121 km (Jakarta-Banyuwangi). Setiap kayuhan roda sepedanya adalah penggalangan dana untuk merenovasi sebuah madrasah di Desa Wowong, Lembata. Sekolah itu didirikan ala kadarnya, tetapi anak-anak di Lembata tetap antusias menimba ilmu.

Setelah menyeberangi Selat Bali menumpang kapal fery, ia tiba di Pulau ‘Dewata’ Bali keesokan harinya atau hari ke-6. Jarak kota Jakarta-Denpasar adalah 1.243 km, dan ia menempuhnya hanya dengan mengayuh sepeda.

Di sini, ia memilih rehat satu hari, sesuai rencana. Hari itu bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha 1466 Hijriah, dan ia sangat menghormati hari besar keagamaan dengan tidak bersepeda.

Setelah istirahat satu hari, ia kembali meneruskan perjalanan. Dari pelabuhan Padang Bai, Bali, ia sudah siap menyeberang menggunakan kapal fery menuju Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Perjalanan penyeberangan berjam-jam pun dimulai, hingga hari ke-11 tiba di Pelabuhan Sape, Sumbawa dan perjalanan yang sudah ditempuhnya sejauh 1.795 km sejak ia meninggalkan kawasan Tebet, Jakarta Selatan pada 31 Mei 2025.

Dari Pelabuhan Sape, ia kembali menyeberang menaiki kapal Fery, menuju Pelabuhan Labuan Bajo di Flores, Nusa Tenggara Timur. Perjalanan di laut kali ini merupakan terpanjang dengan waktu tempuh sekitar 10 jam.

Pada Rabu (11/6/2025) atau hari ke-12, Dody tiba di Flores. Kedatangannya disambut sunset yang begitu indah di Flores.

Tanjakan Lebih Curam

Meski sudah menginjakkan kaki di pulau NTT, toh perjalanan menuju lokasi target, masih jauh. Ia harus kembali berhari-hari bersepeda dengan kondisi tanjakan yang amat curam.

“Kondisi tanjakannya lebih curam dibanding Puncak, Bogor,” kata Dody.

Setelah satu hari beristirahat di Flores, Dody kembali melanjutkan perjalanan. Hari ke-14 atau Jumat (13/6/2025) pukul 06.00 WITA, Dody sudah mengayuhkan sepedanya.

Tujuannya hari itu adalah Ruteng, jaraknya sekitar 127 km dari Labuhan Bajo. Jaraknya memang tak sampai 200 km, namun Dody harus menempuhnya lebih dari 10 jam.

Maklum tanjakan di sana, sangat curam (elevation gain/EG 3.270) sehingga dibutuhkan tenaga ekstra untuk melaluinya. Sebagai perbandingan, total EG dari Jakarta-Puncak Pass-Cianjur-Puncak Pass-Jakarta, total EG 2.800.

Dari Ruteng, ia melanjutkan perjalanan bersepeda ke Bajawa, yang berarak sekitar 138 km. Bajawa adalah lokasi di NTT yang terkenal akan produk kopinya. Produksi kopi Bajawa bahkan sudah mendunia.

Dari Bajawa lantas ke Ende, Maumere, dan Larantuka sebelum kemudian menyeberangi Pulau Adonara.

Hari ke-18, setelah mengayuh sepeda lebih dari 2.500 km, Dody akhirnya sampai di Pulau Lembata. Dari Lembata, ia harus kembali bersepeda sejauh sekitar 50 km, sebelum akhirnya sampai di Desa Wowong, lokasi target.

“Akhirnya sampai juga di Desa Wowong setelah gowes dari kota Lewalebo sejauh 65 km,” katanya. (bersambung/Hasanuddin)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button