KampusProfileQHSSE

Dr Andi Surayya: Penerapan SMK3 94 Perusahaan di Kaltim Perlu Peningkatan Berkelanjutan

Tingkat implementasi SMK3 94 perusahaan di Kaltim berada di level 3 (konsisten).

JAKARTA, Improvement – Daftar Doktor bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang dilahirkan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) bertambah.

Andi Surayya Mapangile, SKM, MKes resmi dianugerahi gelar Doktor dalam Bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat dengan yudisium sangat memuaskan. Wanita kelahiran Wajo, 12 Februari 1977 ini menjadi lulusan S3 FKM UI ke-443.

Dalam Sidang Promosi Doktor yang dipimpin Prof. Indri Hapsari Susilowati, S.K.M., M.K.K.K., Ph.D., dengan Promotor Prof. Doni Hikmat Ramdhan, S.K.M., M.K.K.K., Ph.D., dan Ko-Promotor Prof. Dr. Ede Surya Darmawan, S.K.M., M.D.M dan diselenggarakan di Aula Gedung G FKM UI pada Selasa (7/1/2025), Andi Suraya berhasil mempertahankan Disertasinya bertajuk “Hubungan Tingkat Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dengan Kinerja K3 pada Perusahaan yang Tersertifikasi (PP Nomor 50 Tahun 2012) di Kalimantan Timur.”

Lewat disertasinya, istri dari Rektor Universitas Balikpapan (Uniba) yang juga tokoh K3 Indonesia Dr Ir Isradi Zainal tersebut, Andi Surayya mengevaluasi hubungan antara tingkat penerapan SMK3 dengan empat parameter kinerja K3, yaitu safety climate, angka kejadian kecelakaan kerja (incidence rate), tingkat frekuensi (frequency rate), dan tingkat keparahan (severity rate).

Penelitian Andi yang menjabat sebagai Wakil Ketua DK3P Kalimantan Timur tersebut menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross-sectional study pada 94 perusahaan yang telah tersertifikasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di Kalimantan Timur. Total responden yang dilibatkan mencapai 8.055 orang, yang berpartisipasi dalam pengukuran safety climate—salah satu indikator utama kinerja K3.

“Penelitian saya yang pertama adalah menghasilkan alat ukur untuk menilai bagaimana tingkat penerapan SMK3 di perusahaan-perusahaan dan juga menilai kinerja K3 melalui empat parameter yaitu safety climate, Incidence Rate (IR), Frecuency Rate (FR), dan Severity Rate (SR),” kata Andi saat dihubungi Improvement, Rabu (8/1/2025) malam.

“Hasil penelitian saya secara keseluruhan menunjukkan bahwa tingkat penerapan SMK3 lebih dominan pada level 3 (konsisten). Pada level ini, SMK3 diterapkan secara sistematis dengan pendekatan yang konsisten, pengendalian risiko dilakukan secara terstruktur dan terukur, serta integrasi antara prosedur dan manajemen risiko berjalan di semua divisi,” sambungnya.

Namun, kata Andi yang pada 2024 meraih  penghargaan Pemeduli K3 dari Pemprov Kalimantan Timur ini, sistem pembelajaran melalui monitoring, pelaporan K3, dan proses perbaikan belum diterapkan secara menyeluruh, sehingga masih diperlukan upaya perbaikan untuk mencapai penerapan yang lebih optimal.

Pengukuran safety climate di perusahaan menunjukkan hasil yang baik secara umum, dengan skor tertinggi pada dimensi pembelajaran komunikasi dan inovasi (dimensi 6). Namun, dimensi prioritas keselamatan pekerja dan tidak ditoleransinya risiko bahaya (dimensi 5) memperoleh skor terendah.

Hal ini menandakan bahwa perhatian terhadap keselamatan pekerja sebagai prioritas utama masih perlu diperkuat. Selain itu, hasil analisis menunjukkan bahwa komponen tertinggi dalam penerapan SMK3 berada pada hazard control and prevention, sedangkan skor terendah ditemukan pada komponen education and training.

“Meskipun pengendalian dan pencegahan bahaya sudah berjalan dengan baik, aspek pelatihan dan pendidikan K3 masih membutuhkan perhatian lebih untuk meningkatkan kualitas penerapan SMK3,” jelas Andi Surayya.

Penelitian ini menemukan hubungan signifikan antara tingkat penerapan SMK3 dengan safety climate serta kinerja K3, termasuk angka kejadian (IR)  dan tingkat frekuensi (FR). Perusahaan dengan penerapan SMK3 yang baik menunjukkan safety climate yang lebih positif dan tingkat kecelakaan kerja yang lebih rendah.

“Semakin baik tingkat penerapan SMK3 di sebuah perusahaan, semakin baik pula kinerja K3 yang dihasilkan. Sebaliknya, perusahaan yang hanya menerapkan SMK3 pada tingkat ad hoc dan coping cenderung memiliki kinerja K3 yang buruk, ditandai dengan safety climate yang membutuhkan perbaikan serta IR dan FR yang cenderung meningkat,” katanya.

Sebagai dosen dan praktisi K3, ia berharap penelitian ini dapat memberikan kontribusi positif dalam dunia industri, khususnya dalam penerapan budaya K3 yang lebih baik. Dengan penerapan SMK3 yang lebih optimal, diharapkan tidak ada lagi kecelakaan kerja, pekerja dapat bekerja dengan aman dan sehat serta perusahaan dapat meraih produktivitas yang lebih tinggi.

Lewat disertasinya, Andi Surayya merekomendasikan peningkatan kualitas penerapan SMK3 melalui fokus pada pelatihan dan pendidikan K3, memperkuat komunikasi antar divisi, serta memastikan prioritas keselamatan pekerja menjadi bagian integral dari budaya organisasi.

“Melalui langkah-langkah ini, perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman dan produktif, sekaligus meningkatkan daya saing industri di Kalimantan Timur,” pungkas Andi Surayya. (Hasanuddin)

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button