Profile

Randall Hart: Arek yang Mendunia Gegara Insiden Laboratorium

Sempat kuliah di Kedokteran Gigi. Tapi kemudian memilih terbang ke London, meski harus kembali duduk di bangku SMA dan kemudian kuliah di teknik mesin. Saat mengerjakan proyek robot, terjadi insiden yang kemudian membuatnya terkenal di seluruh dunia.

JAKARTA, Improvement – Bernama asli Randall Hartolaksono. Ia merupakan putra asli Indonesia, kelahiran Surabaya 16 Maret 1956, yang namanya mendunia sebagai Randall Hart lantaran para dosennya di London sulit mengeja Hartolaksono.

Kisah sukses Randall Hart di dunia pemadam kebakaran, tak diraih begitu saja. Ada jalan penuh liku yang harus dilaluinya. Ia, misalnya, pernah mengalami pelecehan intelektual dari para pakar api di London dan Eropa ketika temuannya yang diberi kode AF-32, dianggap belum pantas untuk dihargai.

“Pelecehan ini terjadi karena alasan berbau rasis. Mereka tidak menghargai karya AF-32, misalnya, ditemukan oleh bangsa Asia, bukan orang Eropa atau bule lainnya,” kata Randall Hart ketika ditemui di sebuah hotel di Jakarta, tahun 2018 silam.

Padahal, katanya, teori free radical yang ia ciptakan, sudah dipatenkan di London pada 1979. Toh, Randall tak berkecil hati. Ia bahkan bangga lantaran produk ramuan kimia pemadam api temuan-temuannya, lolos setelah menjalani serangkaian tes uji laboratorium. Apalagi produk-produk temuannya itu mengantongi tiga sertifikat dari Inggris (BS/British Standard) 5432, Singapura (SS/Singapore Standard) 232, dan dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

“Secara resmi telah banyak institusi yang mengakui formula tersebut. Bahkan, hasil temuan ini sempat memperoleh sederet penghargaan dari berbagai Negara dan lembaga internasional, termasuk dari dalam negeri,” katanya.

Kini, Randall Hart dikenal sebagai penemu sekaligus pengusaha bahan kimia anti-api yang sukses memasarkan aneka produknya di pasar global. Namanya mendunia, lantaran ia menciptakan berbagai produk pemadam kebakaran yang berasal dari bahan alami, persisnya kulit singkong.

Kini ia menjabat sebagai Presiden Direktur Hartindo Group, yang mendirikan pabriknya di London (Inggris), Malaysia, Singapura, dan Amerika Serikat. Produk-produk pemadam kebakaran ciptaannya, banyak digunakan di banyak negara di benua  Asia, Amerika, dan Eropa.

Kisah sukses Randall bermula ketika selepas SMA Pangudi Luhur Jakarta pada 1974, ia melanjutkan pendidikannya ke Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Trisakti, Jakarta. Tetapi dunia robotik, lebih menggodanya. Alih-alih meneruskan studinya menjadi dokter gigi, ia malah terbang ke London, Inggris dan mengincar Mechaninal Engineering di Queen Mary College London University.

Tetapi setibanya di negeri Ratu Elizabeth, impiannya sempat buyar. Sebab di London nyatanya ia tak bisa langsung masuk perguruan tinggi. Randall diharuskan mengulang pendidikannya setingkat SMA di London.

“Saya lantas masuk ke Advance Levelin Science (Haunslow Baraugh College London, UK). Setelah lulus, saya melanjutkan pendidikan pada jurusan mechanical engineering di Queen Mary College London University dan lulus pada 1980,” kisahnya waktu itu.

Mulanya ia berkarier sebagai production engineering Mobil Oil Indonesia (1983-1985) dan sebagai petroleum engineering UK (1986-1990). Tetapi ia kemudian memutuskan untuk menekuni ramuan kimia yang pernah ditemukannya ketika masih kuliah dengan mendirikan perusahaan sendiri, Hartindo.

Di Inggris, perusahaannya bernama PT Hart Industries Limited (UK) sejak 1990, PT Hartindo Chemicatama Industri mulai 1992, Newstar Holdings Singapore sejak 1995, dan Newstar Chemicals Malaysia sejak 2000, dan terakhir di New Jersey, Amerika Serikat M-Fire Suppression pada 2010.

Insiden Laboratorium

Poin kesuksesan Randall bermula ketika masih duduk di bangku kuliah, ia mengerjakan proyek robot untuk mengambil sebutir telur dengan berat dan dimensi tertentu yang tidak boleh pecah. Dari 30 jenis telur yang dicampur menjadi satu, ia menghadapi sedikit masalah dengan bahan baku yang digunakan.  Sendi tangan robot yang terbuat dari aluminium menjadi terlalu panas akibat gesekan-gesekan karena bergerak dengan sangat cepat, sehingga cara kerjanya menjadi tidak akurat.

Persoalan bukan terletak pada robotnya, melainkan bahan pelumas (lubricant) yang digunakan. Pelumas yang digunakannya adalah pelumas yang beredar di pasaran, dan terbuat dari bahan bakar fosil.

Saat itu (tahun 1979), katanya, para ilmuwan di London dilarang menggunakan bahan pelumas (lubrikasi) karena bisa menimbulkan polusi. Hidrokarbon juga tidak boleh digunakan. Randall lantas berfikir untuk membuat sendiri pelumas yang terbuat dari bahan alami sehingga tidak berpotensi sebagai polutan.

Ia kemudian menggunakan saripati kulit singkong sebagai bahan pelumas engsel robot.  Saat membuat lubricant dari saripati kulit singkong itu, secara tidak sengaja ada kecelakaan kecil. Ketika lubricant yang dibuatnya  sudah jadi, gelas lubricant itu tersenggol dan jatuh dan  mengenai tungku pemanas.

Saat insiden itu, api yang tengah menyala seolah-olah tertiup angin dan menghindari bahan lubricant. Insiden ini sebenarnya tak menarik perhatiannya. Namun dosennya, Prof Evans, yang kebetulan berada di belakang Randall, memperhatikan insiden tersebut.

Atas kejadian itu, sang profesor meminta Randall untuk mengulangi kejadian itu selama beberapa kali secara konsisten. Hasilnya selalu sama. Api menghindar setiap terkena bahan lubricant yang dibuat Randall. Saripati singkong terbukti bisa mencegah reaksi kimia berantai dalam proses kebakaran.

Alih-alih melakukan perbaikan terhadap kinerja robot dari bahan lubcricant itu, Prof Evans malah menyarankan Randall untuk memfokuskan diri pada bidang api. Sejenak, saran itu membuat Randall keheranan. Sebab bagaimana mungkin seorang profesor mekanik menyarankan mahasiswanya untuk mendalami ilmu yang bukan bidang yang sedang dipelajarinya.

“Tetapi saya mengikuti sarannya. Atas saran dia, saya mengikuti kursus kimia. Selain mengikuti kursus, saya banyak membaca di perpustakaan untuk mempelajari dan memperdalam masalah api secara langsung. Dari situ saya dapat mengetahui bahwa bahan lubricant yang saya buat waktu itu, jika terkena panas akan mengeluarkan uap yang akan menyerang dan dapat memadamkan api yang sedang menyala. Hasil temuan itu akhirnya memberi pengaruh luar biasa bagi diri saya, karena temuan itu akhirnya dimanfaatkan masyarakat dunia di kemudian hari. Tapi, temuan itu juga berkat Prof Evans yang memperhatikan apa yang saya kerjakan,” Randall mengisahkan awal-mula penemuan bahan kimia pemadam api.

Teori Free Radical

Sembari meneruskan bidang mechanical engineering, Randall juga mendalami kimia, terutama soal api. Ia banyak memperdalam sifat-sifat atom dengan elektronnya. Atom merupakan partikel terkecel dari setiap benda, apapun jenis dan bentuknya.

Atom merupakan unit terkecil dari unsur kimia yang dapat berdiri sendiri dan bersenyawa dengan unsur lain. Atom terdiri dari inti atom yang mengandung proton dan neutron, serta elektron yang bermuatan negatif yang bergerak mengelilingi inti atom. Setiap atom diselimuti tujuh orbit.

Randall lantas melakukan serangkaian percobaan. Menurutnya, jika elektron dipanaskan akan menghasilkan energi yang berusaha keluar dari orbitnya. Apabila sudah keluar dari orbitnya yang ketujuh, tenaga yang dimilikinya semakin besar, yang dikenal sebagai api.

“Itu berlaku pada setiap benda, hanya titiknya berbeda-beda. Namun, kalau dapat menetralisir elektron yang akan keluar dari orbitnya, kita dapat mencegah timbulnya api. Seperti itulah teori yang saya ciptakan, di mana gas yang saya gunakan dapat menetralisir elektron yang dapat menjadi api. Karena waktu itu saya tidak pandai membuatnya, maka saya beri nama teori free radical,” Randall menambahkan.

Teori free radical ia patenkan di London pada 1979, ketika ia masih kuliah semester akhir. Teori inilah yang mendasari Randall melakukan begitu banyak percobaan yang pada gilirannya menciptakan berbagai bahan kimia yang bisa memadamkan api.

Dari temuan awal itu pula (insiden laboratorium), Randall mengembangkannya  dengan meramu formulasi kimia yang bisa digunakan untuk pemadam api. Bahan kimia itu dia beri nama proprietary brand berupa larutan konsentrat. Dari larutan ini tercipta tiga jenis bahan kimia anti-api yang kemudian diberinama Hartindo AF-21, AF-11, dan AF-31.

Untuk menemukan bahan kimia tersebut, setiaknya Randall Hart  menghabiskan dana sekitar Rp10 miliar  dan membutuhkan waktu hampir tiga tahun. “Pada 1979 saya temukan formula AF-21, kemudian pada 1981 saya temukan AF-11. Khusus AF-31, saya temukan pada 1990, tetapi baru diluncurkan pada 1995,” katanya.

Sejak tahun 1979, Randall Hart setidaknya menemukan 34 produk formula anti api sekaligus pemegang 21 hak paten. Salah satunya diproduksi dengan merek Hartindo AF-11E yang dapat mematikan api dengan cepat, sedangkan Hartindo AF-31 banyak digunakan di perusahaan pertambangan, serta juga produk AF21 dan Titan 21. Produk Randall Hart dapat mematikan Api dari kelas A, B, dan C (padat, cair dan campuran).

Berbekal  temuan tak sengajanya  pada tahun 1979, Randall Hartolaksono telah mengubah kulit singkong menjadi bahan anti api kelas dunia. Zat aktif dari kulit singkong, seperti tripotasium sitrat, dikembangkan menjadi produk anti api, termasuk cat kayu yang membuatnya tahan api selama 200 tahun.

Produk temuannya telah mendapat sertifikat uji standar dari berbagai negara dan digunakan di tempat-tempat prestisius seperti Istana Buckingham Inggris. Hartindo Chemicatama Industri, perusahaan Randall, telah tumbuh menjadi kerajaan bisnis di berbagai negara. Penemuannya pun diakui oleh beberapa perusahaan dan digunakan dalam produk mobil seperti Ford dan Petronas.

”Sukses bagi saya adalah jika saya bisa melakukan sesuatu yang berguna bagi orang lain. Selain itu, jujur dan tidak serakah. Jika kita serakah dan tidak jujur, siapa yang ingin mengenal kita?” katanya.

”Penting juga dalam bisnis adalah fokus. Untuk mencapai sukses seperti saat ini, saya tetap fokus. Tetap tekun dan gigih, untuk cita-cita, bidang usaha dan bisnis yang saya jalankan. Kemudian dalam mengembangkan usaha, perlu juga mengembangkan networking, yakni hubungan pertemanan. Tidak kalah pentingnya adalah konsisten dan komitmen pada apa yang kita kerjakan,” Randall menambahkan.

Kini, arek Suroboyo yang namanya sudah mendunia dan berbagai produk temuannya banyak digunakan di mancanegara itu sudah tiada. Randall Hart telah tutup usia pada hari Jumat tanggal 3 Januari 2025 dalam usia 68 tahun 10 bulan.

Dunia fire safety telah kehilangan sosok gigih penemu beraneka rupa produk pemadam api yang berasal dari kulit singkong. Bumi Pertiwi bersedih telah kehilangan salah seorang putera terbaiknya.  (berbagai sumber/Hasanuddin)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button